Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gereja yang Menyerupai Burung

2 Juli 2023   19:24 Diperbarui: 2 Juli 2023   19:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gereja yang Menyerupai Burung

Catatan Yudha Adi Putra

Tentang kebiasaan, tak jatuh dari langit. Ada pagi yang memprosesnya. Membuat dingin terasa hangat. Pegal di seluruh badan terasa seperti suntikan. Semua menjadi tenang. Jarak antar ke datangan sudah direncanakan. Untuk memulai, ada saja teriakan pada tindakan. Doa pagi dilakukan kembali. Pinta untuk tenang, bersama beberapa keinginan. Kegelisahan muncul begitu saja. Menobrak kehendak pagi untuk selalu bersinar. Harapan dilukiskan dalam celah jendela.

"Bisa jadi, ada kehilangan pada keinginan tiap pagi. Keinginan untuk bertindak lebih. Bukan pada harapan yang ditentukan. Tapi, dalam rangka merawat setiap tatap dan senyuman. Ada semacam tugas. Memberi kesempatan untuk bersinar dalam perjumpaan. Tiap tindakan itu adalah kehidupan itu sendiri," ujar Jarwo setelah bangun pagi.

Minggu sudah di depan mata. Malam berlalu begitu cepat. Setelah banyak hal terlewatkan. Bisa jadi, tiap harapan yang dituliskan itu menjadi serangan. Tertib dengan tiap tindakan yang muncul. Akan tetapi, setiap tindakan itu juga menjadi representasi dari pikiran. Arah dan ranah berpikir menjadi cara untuk membaca.

"Dalam keinginan, ada perjalanan yang harus ditempuh. Bukan tentang jarak saja. Tapi, perjumpaan seperti apa dalam setiap tikungan. Mungkin, akan ada semacam kejutan. Menawarkan tindakan untuk terus melangkah pada banyak kepentingan. Tidak bisa, belum semangat dalam memulai. Pagi harus dilakukan," ujar Handoko.

Semangat dua sahabat itu membuat pagi menjadi kian nikmat. Bukan hanya tanaman menemani. Tapi, semacam kicau burung bersama kepentingan lain. Ada cerita dibagikan kembali. Tentang harapan bersama gereja. Gereja mendamba dengan banyak ekspetasi. Tentu ada satu hal yang dinantikan. Teruntuk gereja, belum semua terbuka akan cinta. Ada bentuk lama dan tindakan membuat malam.

"Mungkin itu alasan kenapa gereja hanya penuh keluhan. Di mana ada anak muda. Itu penuh dengan pertanyaan. Tidak bisa memenuhi semua keinginan. Rasa dan karsa berbeda. Perlu nilai yang berjalan dengan indah. Tidak hanya berujar pada pemuda saja. Semacam kolaborasi, tapi tidak dengan kepentingan untuk selesai," ujar Jarwo.

"Untuk perjalanan selanjutnya. Butuh pemberian yang tulus !" bentak Handoko.

***

Pagi menjadi menyenangkan dengan gereja. Bersama banyak pilihan untuk menikmati rencana. Tidak sempat berdampak pada harapan. Tapi, gereja mengumpulkan semuanya. Ada kepentingan dan harapan berujar pada nilai hidup.

"Tiap mereka yang datang ke gereja. Ada saja yang dibawa. Entah kabar sukacita, bisa juga keluhan akan kerasnya hidup. Mereka membawa sesuai minat dan alamat. Kalau tidak sesuai, mungkin kecewa akan muncul. Bisa tidak datang kembali. Tapi, lebih sering dilakukan dengan mendirikan gereja sendiri. Terbang bebas dengan anggapan yang beragam. Tidak menyenangkan bukan berarti salah. Tapi, itu menjadi momen untuk merenungkan langkah," ujar seorang lelaki tua di depan gereja.

Jarwo dan Handoko menatap langkah lelaki tua itu. Bukan kotak persembahan yang dituju. Tapi, tulisan sederhana. Mungkin sudah usang. Namun, tetap dapat terbaca.

"Di mana letak toilet ? Aku sudah tua. Tidak bisa membaca dengan jelas tulisan di dinding itu. Semoga saja, setiap malam berganti dengan siang. Bisa memunculkan banyak harapan di masa mendatang. Bukan untuk tetap kembali ke gereja. Tapi, menjadi gereja itu sendiri. Gereja dengan canda dan tawa. Entah, itu sebagai pembuat masalah," ujar lelaki tua mendekati Jarwo.

Tak mau berurusan panjang, Jarwo membantu menunjukkan letakn toilet. Dalam perjalanan menuju toilet, ada perasaan muncul. Kesal karena tidak bisa dimengerti oleh generasi terbaru. Bisa juga menjadi penyesalan karena dampak muncul begitu cepat.

"Tidak semua senang dengan perubahan. Sesuatu yang sudah pasti kadang lebih nyaman. Setidaknya, ada perasaan yang ditebak. Bukan karena ingin mengasihi, tapi menunjukkan betapa kemungkinan bisa muncul," ujar Handoko.

Melihat Jarwo kembali, Handoko semakin meyakini, menulis ada banyak hal baru dimunculan. Tentang pandangan untuk terus melangkah. Bisa juga, setiap tindakan menjadi jawaban atas apa yang dikerjakan.

"Malam akan tiba dengan banyak pertanyaan. Lebih banyak mata yang ditatap dan harapan yang didoakan," ujar Jarwo.

Gereja yang menyerupai burung ditemukannya. Terbang, mencari kepentingan dengan perasaan entah.

Godean, 02 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun