Gereja yang Menyerupai Burung
Catatan Yudha Adi Putra
Tentang kebiasaan, tak jatuh dari langit. Ada pagi yang memprosesnya. Membuat dingin terasa hangat. Pegal di seluruh badan terasa seperti suntikan. Semua menjadi tenang. Jarak antar ke datangan sudah direncanakan. Untuk memulai, ada saja teriakan pada tindakan. Doa pagi dilakukan kembali. Pinta untuk tenang, bersama beberapa keinginan. Kegelisahan muncul begitu saja. Menobrak kehendak pagi untuk selalu bersinar. Harapan dilukiskan dalam celah jendela.
"Bisa jadi, ada kehilangan pada keinginan tiap pagi. Keinginan untuk bertindak lebih. Bukan pada harapan yang ditentukan. Tapi, dalam rangka merawat setiap tatap dan senyuman. Ada semacam tugas. Memberi kesempatan untuk bersinar dalam perjumpaan. Tiap tindakan itu adalah kehidupan itu sendiri," ujar Jarwo setelah bangun pagi.
Minggu sudah di depan mata. Malam berlalu begitu cepat. Setelah banyak hal terlewatkan. Bisa jadi, tiap harapan yang dituliskan itu menjadi serangan. Tertib dengan tiap tindakan yang muncul. Akan tetapi, setiap tindakan itu juga menjadi representasi dari pikiran. Arah dan ranah berpikir menjadi cara untuk membaca.
"Dalam keinginan, ada perjalanan yang harus ditempuh. Bukan tentang jarak saja. Tapi, perjumpaan seperti apa dalam setiap tikungan. Mungkin, akan ada semacam kejutan. Menawarkan tindakan untuk terus melangkah pada banyak kepentingan. Tidak bisa, belum semangat dalam memulai. Pagi harus dilakukan," ujar Handoko.
Semangat dua sahabat itu membuat pagi menjadi kian nikmat. Bukan hanya tanaman menemani. Tapi, semacam kicau burung bersama kepentingan lain. Ada cerita dibagikan kembali. Tentang harapan bersama gereja. Gereja mendamba dengan banyak ekspetasi. Tentu ada satu hal yang dinantikan. Teruntuk gereja, belum semua terbuka akan cinta. Ada bentuk lama dan tindakan membuat malam.
"Mungkin itu alasan kenapa gereja hanya penuh keluhan. Di mana ada anak muda. Itu penuh dengan pertanyaan. Tidak bisa memenuhi semua keinginan. Rasa dan karsa berbeda. Perlu nilai yang berjalan dengan indah. Tidak hanya berujar pada pemuda saja. Semacam kolaborasi, tapi tidak dengan kepentingan untuk selesai," ujar Jarwo.
"Untuk perjalanan selanjutnya. Butuh pemberian yang tulus !" bentak Handoko.
***
Pagi menjadi menyenangkan dengan gereja. Bersama banyak pilihan untuk menikmati rencana. Tidak sempat berdampak pada harapan. Tapi, gereja mengumpulkan semuanya. Ada kepentingan dan harapan berujar pada nilai hidup.