Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pojok Belakang Gereja

26 Juni 2023   07:56 Diperbarui: 26 Juni 2023   08:04 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pojok Belakang Gereja

Tulisan Yudha Adi Putra

Bentuk waktu menjadi cepat. Belakang gereja memberikan ketenangan. Ada sudut untuk melupakan. Melatih sabar setiap tindakan. Serapah bisa saja datang. Burung memang berterbangan. Tapi mereka kehilangan. Tidak bisa dimengerti sebagai harapan pagi. Bisa saja menjadi penyesalan untuk terus berdampak.

Perjalanan pagi membawa tindakan masing-masing. Semacam terbakar emosi. Membawa bentuk penyesalan pada harapan. Semoga tetangga lekas mati. Ada tendensi harapan tersendiri. Bukan untuk tentram, tapi hanya berujar demi kepentingan diri sendiri. Kemudian, dari setiap perumpamaan itu muncul harapan.

Semoga akan datang masa tenang. Masa dengan banyak kepentingan bermunculan. Tidak hanya sebentar saja. Tapi berkelanjutan pada setiap sapaan. Untuk mewujudkan setiap hidup dengan pembelian.

Kejadian demi kejadian memberikan pelajaran. Tidak semua harus menjadi kawan. Jeda terhadap informasi yang tidak perlu. Mencintai diri sendiri dengan sepenuh hati. Mau memberikan kesempatan untuk rehat. Itu lebih bermakna dan harapan. Lamunan tidak bermunculan dan memberikan kesempatan.

Lama waktu berjalan. Setiap pembuktian akan memberikan kenyataan. Bisa membawa keberuntungan pada kesempatan. Kehidupan itu seperti sepiring tempe. Menyajikan dengan penuh harapan. Tidak ada yang tahu. Tahu akan langkah berikutnya. Sama saja dengan tulisan. Langkah tidak akan memberikan tambahan kata.

Untuk setiap penyesalan pagi. Entah sebagai informasi yang perlu diketahui atau tidak. Semua yang datang diperluas. Memberikan kesempatan untuk berdampak. Nanti akan menjadi hidup baru. Jarak hanya akan menjadi jarak. Halangan akan percakapan terus berulang. Kicauan burung membawa kesempatan untuk terus belajar.

Hening belum ada suara. Kemudian, fenomena air bermunculan. Jaminan untuk tetap tenang meski ada gelombang. Hening lagi. Kemarau berdatangan, kalau sawah tak dapat air. Kering menjadi kawan dengan hilang.

Semoga mendapatkan pekerjaan dengan beruntung. Lampu masih tetap menyala. Membawa banyak pilihan sementara hidup terus berjalan. Iringan perasaan membawa senyuman. Lama tidak memberikan kesempatan baru. Hidup harus terus memiliki kemenangan. Lalu, sekarang apa saja yang muncul tuliskan sebagai harapan yang pasti akan terwujud.

Tentang baju, secukupnya saja. Perawatan akan diri menjadi perlu. Ada olahraga teratur dengan konsumsi vitamin yang cukup. Tidak tidur larut malam untuk hal yang tidak penting. Mempelajari relasi kuasa dengan sadar dan kritis. Tiap keinginan dituliskan terlebih dahulu. Tentang apa saja yang mungkin terjadi di malam hari.

Perjalanan hidup harus terus menuliskan langkah demi langkah. Kemudian, setiap capaian adalah keinginan yang dituliskan. Mulai menulis tentang laptop baru. Harapan akan tumbuh dan terbeli. Laptop baru bukan hanya sebagai isapan jempol semata. Tapi, sebagai sebuah nada yang hidup. Tidak berlebihan untuk memberikan diri sebagai apresiasi.

Kita bisa memilih siapa yang ditemui. Perjuangan untuk tetap berpengharapan dengan berbagai macam kepentingan. Kepercayaan menjadi penting untuk dilanjutkan. Sementara, setiap ungkapan adalah hidup yang dituliskan.

Untuk investasi dilakukan perjalanan. Menelisik kembali tentang kerinduan. Berjuang pada bentuk kepentingan lain yang panjang. Akan ada perjalanan panjang menuju Kalasan siang ini. Menukar setiap perjumpaan dengan senyuman. Ada perasaan tenang yang tersampaikan. Bukan sebagai hiburan saja. Tapi bentuk ucapan terima kasih.

Kita akan berjalan. Memberikan iringan harapan dengan kepastian. Tiap tindakan akan bersama dengan kenyataan. Bukan hanya pada kepentingan semata. Tidak terjawab setiap pesan. Mencoba hening untuk menikmati jeda. Kemudian, dari setiap jeda itu bermunculan senyuman. Tidak hanya sebentar saja. Tapi, tetap memberikan kesempatan baru.

Bisa saja, tiap langkah akan bermunculan harapan akan hidup. Tidak bisa berdampak nyata, tetap saja akan memberikan makna yang berbeda. Untuk itu, perbaikan dari tindakan akan memunculkan kepedulian lebih lanjut.

Bisa saja, kini akan bermunculan harapan baru dengan perjuangan dan hidup. Tidak seperti ini, hening tanpa makna dan makanan. Lama tidak bertemu, setiap kepedulian bisa melunturkan harapan untuk terus melangkah. Janji untuk kebahagiaan akan menjadi tulisan nyata di pojok gereja. Ada rasa percaya diri dari setiap pertemuan. Menulis tentang apa saja. Berujar pada jumlah kata. Kemudian, tulisan itu akan menjadi kenyataan. Sebuah kekayaan makna dari peristiwa yang dihindari dengan berhasil. Untuk sementara waktu, jeda menjadi perlu.

Godean, 26 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun