Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Pembawa Puisi

23 Juni 2023   09:02 Diperbarui: 28 Juni 2023   19:44 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi burung pleci. Tribun Jogja/Hendra Kriesdianto

Pulang dari perjalanan jauh, Jarwo merasakan sekujur tubuhnya lemas. Pulang jadi dambaan. Menemukan kesenangan untuk berjeda. 

Ketika sudah sampai di dekat rumah. Jarwo si burung pleci mendengar suara kegaduhan. Ada permintaan yang tidak terpenuhi.

"Semua tidak bisa terjadi begitu saja. Ada kesempatan lain untuk bersikap realistis. Tidak hanya hidup dalam ruang hampa harapan saja," ujar Kenny. Permintaan bantuan tanpa bayaran sudah membuatnya kesal. Tidak mendapatkan kasih dan perawatan dengan baik.

"Tapi, hidup bukan tentang bayaran saja. Ada sapaan dan pemberian. Kemudian, dari semua itu muncul kata istirahat untuk setiap mereka yang mau berjuang," ujar Harley. Pilihan untuk bertindak dimunculkan. Perdebatan terus terjadi. Ada kepentingan, tentu juga ada uang.

"Uang itu kurang kalau terus dicari. Tidak bisa menunda sebentar?" tanya Mirace.

Tak ada jawaban. Entah apa yang membuat Jarwo tergoda untuk berkicau. Jarwo berkicau lantang di dekat percakapan mereka. Hanya Kenny yang menatap Jarwo dengan tersenyum. Seperti melihat kemenangan di depan mata, Kenny mencari ranting.

"Ada burung berkicau. Aku mau mendengarkannya setiap pagi. Tapi, bagaimana caranya. Kalau ditangkap itu pasti susah sekali. Namun, ketika aku kembali ke sini. Belum tentu dia tetap akan ada," ujar Kenny dalam hati.

Tak menghiraukan tawaran dua orang tadi untuk membantu, kini Kenny beranjak pergi. Mencari getah atau lem, apa saja untuk bisa menangkap burung tadi.

"Burung itu terus berkicau. Apa dia lapar dan mencari pasangannya?" ujar Kenny sembari meminta lem tikus pada Handoko.

Jarwo tak merasa dirinya diincar. Ia senang, seolah sekelompok orang tadi mulai tidak bertengkar lagi. Tidak masalah, perjalanan pulangnya tertunda. Ia bisa berbagi sukacita pada manusia. 

Itu melegakan sekali. Tanpa mempedulikan Kenny yang terus mencari cara menangkapnya, Jarwo mendekatinya. Tidak ada ketakutan. Hanya ada Kenny dan Jarwo. Ranting dan lem sudah disiapkan. Ketika Kenny menatap Jarwo, rasa iba muncul.\

"Kasihan juga kalau burung ini ditangkap. Nanti dia tidak bisa pulang bertemu keluarganya," ujar Kenny.

Dalam tatapan terhadap burung, Kenny menemukan sebuah kelegaan. Kelegaan yang lama tidak diperolehnya. Kesenangan itu membantunya. 

Menikmati setiap momen yang terjadi dalam hidup. Tanpa diminta, Jarwo terus mengikuti Kenny, bahkan sampai rumah. Ada pisang di dapur Kenny yang matang. Lalu, Kenny memberikannya pada burung itu.

"Berkicaulah seperti membawakan sebuah puisi. Untuk setiap langkah yang terjadi, aku merasakan ketenangan. Tidak apa hal buruk terjadi di masa lalu. Itu menjadi proses indah. Aku tidak bisa menemukan diriku yang sekarang tanpa melalui setiap hal di masa lalu. Semangat untuk hal baik," ujar Kenny pada Jarwo yang sedang makan.

Kini, Jarwo merasakan tenang. Ada makanan di dekatnya. Ia bisa makan kapan saja tanpa takut ditunggu pemburu. Perjalanan jauh mencari makan terbayarkan lunas. 

Kicauannya merdu itu memang dicari. Tapi, jarang ada pencari seperti Kenny. Pencari yang memberikan makan tanpa berniat menangkapnya. Mereka terus hidup berdampingan.

"Aku mau mendengarkan kicauan burung lebih lama lagi," ujar Kenny pada Jarwo. Seolah mengerti, Jarwo berkicau lebih keras dan lama.

Ketika ada orang lain datang, Jarwo langsung terdiam dan bersembunyi. Takut nanti diculik dan diambil untuk dijual.

"Tenang, kamu aman di sini. Bersembunyilah di tempat yang menurutmu aman dan nyaman. Kamu bebas memilih," ujar Kenny lalu Jarwo terbang menuju dekat dapur.

Mereka melalui banyak hal bersama. Perlahan, puisi dalam burung pleci itu makin merdu. Mendengarkan semakin lama membuat Kenny tenang. Membuat dirinya mencarikan makan lebih enak lagi.

"Kalau kamu mau pasangan. Nanti bisa aku carikan, tetap di sini menemani aku ya," ujar Kenny dalam tangisan yang didengar burung pleci bernama Jarwo itu.

Mengerti Kenny bersedih, burung pleci berkicau kembali. Kini, kicauannya menentramkan sekali. Seolah membawa Kenny pada realita lain. Semacam terbang, mereka menikmati waktu berdua. Bukan dengan tawa saja. Tapi dengan makna akan hidup.

"Kini kita akan bersama terus, menikmati hari sebagai penjelajah dan pembawa puisi," ujar Kenny yang kian rajin menulis dan bersemangat menjadi penulis.

Godean, 23 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun