Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sapaan Kucing

21 Juni 2023   07:29 Diperbarui: 21 Juni 2023   07:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan supaya tetangganya yang berisik itu mati. Tapi, supaya tenang dan hening lingkungannya. Seolah, Jarwo sudah tidak peduli lagi dengan orang di sekitarnya.

"Untuk apa peduli dengan lingkungan beracun. Tidak membawa perkembangan ke arah yang lebih baik. Hanya dipenuhi drama dan kesepian saja," ujar Jarwo membela dirinya.

Kini, bangun pagi menjadi catatan penting untuk menemani. Waktu bisa semakin bijaksana dalam berujar pada apa saja. Tidak wajib memang bertemu dengan orang lain. Tapi, pengaruh selalu ada. Ada wibawa sekaligus nilai hidup dalam perjuangan.

Tiap pagi, Jarwo melakukan pemanasan. Mencoba berolahraga keliling lapangan. Menemukan makna baru dari pagi.

"Aku mau bertepuk tangan dengan senang. Memberikan kesan dan suara yang lantang. Biar mereka bangun dan turut merasakan," ujar Jarwo.

"Ada apa memangnya? Kenapa kamu begitu membenci lapangan ini?" tanya Handoko tak mengerti.

Ada pasar malam. Suasana berisik terjadi tiap malam. Memang, memutar perekonomian akan lebih berkembang. Tapi, membodohkan masyarakat secara masif. Kepentingan bergabung dengan kuasa. Untuk nama baik, teranalisis dengan tajam.

"Biar mereka menjadi tidak tenang. Tidak ada harapan dengan menjatuhkan orang lain. Memilih setiap langkah pada kesunyian, berkata pada hidup untuk terus baik-baik saja. Tentu tidak akan ada pilihan hidup seperti itu," ujar Handoko.

Malam demi malam berganti. Sapaan terjadi. Penyesalan bermunculan. Akan apa saja, termasuk kucing yang datang memakan burung. Lepas dan berharap untuk tetap hidup. Memilih apa saja untuk menjadi tempat balas dendam.

"Tahan untuk setiap penyesalan. Coba lagi hingga mampu. Tidak ada rasa yang peduli untuk tetap diperjuangkan. Selalu bermunculan jenis penyesalan yang baru," ujar Jarwo.

Kucing kini dibencinya, menyebalkan karena menyerang burung dan membuat burung tidak berdaya. Langkah demi langkah dikerjakan, bukan untuk menghindari kucing. Tapi, membuat burung nyaman untuk dipelihara. Ada saja antisipasi untuk menghindari sapaan dari kucing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun