Tahun 2022, pengurus rukun tetangga (RT), PKK, dan Karang Taruna di kompleksnya mendapatkan ruang untuk berkolaborasi dengan Eco Bhineka. Eco Bhineka merupakan gerakan dalam isu kerukunan umat beragama dan pelestarian lingkungan yang diusulkan oleh Nasyiatul Aisyiyah. Momen berkolaborasi dengan Eco Bhineka menjadi pembelajaran, terutama untuk melakukan karya lingkungan bersama lintas agama dengan memakai pendekatan kelestarian lingkungan dan pemahaman teologis lintas agama. Lumayani menyebutkan, terdapat 3 kata kunci Eco Bhineka yang diperolehnya dari penjelasan Hening Parlan. "Melalui Muhammadiyah kita mendalami dan menyelami tentang nilai-nilai Islam. Dalam hal ekologi, ada kepekaan memperhatikan lingkungan serta kehidupan. Lalu, berkaitan dengan bhineka, ada Muhammadiyah yang menjadi rumah besar untuk umat. Lebih lanjut, ada keberagaman yang ada dalam Eco Bhineka," kenang Lumayani.
Revolusi Mental
Proyek Eco Bhineka berjalan dengan kerja-kerja lingkungan hidup dan kerukunan antar umat beragama. Momen itu dimanfaatkan Lumayani dalam mempromosikan menanam sayuran. Langkah sederhana yang perlahan mendapatkan perhatian warga. Sampah warga setelah dipilah, mulai diolah dan disisihkan untuk membantu proses penanaman sayuran. Plastik pembungkus digunakan untuk pot dan sampah organik dibuat pupuk serta makanan dalam budidaya magot. "Cara menanam dan membuat pupuk jadi bervariasi. Lalu, ada inisiatif dari warga lain untuk membuat tempat menanam. Jadinya, gang-gang penuh hiasan tanaman sayuran serta bunga-bunga. Kalau mau masuk Joyontakan, rasanya asri sekali," jelas Lumayani yang kala itu merapikan sayuran sendirian.
Proyek inisiatif Lumayani dalam menanam sayuran berjalan baik sehingga dijadikan tempat anjangsana PKK dari kelurahan lain. Tahun 2023, bekerja sama dengan Eco Bhineka dan melibatkan Karang Taruna, ada perubahan kebiasaan dalam masyarakat. Ada revolusi mental dan perubahan cara pandang dalam merespon lahan kosong. Untuk menjadikan lahan kosong di pinggir gang tidak hanya sekedar tumbuh rumput, tapi tempat menanam yang punya nilai estetik sekaligus ekonomis. "Waktu itu, saya hanya menanam sayuran dan bunga seadanya di gang depan rumah. Butuh waktu, keterlibatan tokoh masyarakat, hingga akhirnya di tiap gang sekarang jadi penuh dengan tanaman sayuran, bahkan ada selokan untuk pelihara ikan lele. Kalau untuk bunga, itu hiasan saja. Biar lingkungan tercinta tetap cantik. Sayang, kalau lahan kosong cuma tumbuh rumput," ujar Lumayani.
Hasil dari inisiatifnya menanam bunga dan sayuran, kini Joyontakan di beberapa RT menjadi memiliki nilai seni serta ekonomi. Jenis sayuran yang ditanam terus bertambah, bahkan kini telah mempersiapkan tanaman obat keluarga. Selokan juga menjadi tempat budidaya serta memelihara ikan lele dan rencana bertambah ikan nila. Awal April 2023, panen lele hingga 20 kilogram yang dijual kembali ke warga dan bisa memberi kas untuk RT. Saat ini, Lumayani bekerja sama dengan PKK untuk mempromosikan Joyontakan menjadi desa wisata. "Jika berhasil, saya ingin tempat lain juga mencoba di konteksnya. Selain membuat lingkungan asri, nanti bisa punya cadangan sayuran untuk keluarga. Itu ramah lingkungan, karena di tanam sendiri," harap Lumayani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H