Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pleci

19 Juni 2023   07:45 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:49 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memahami Ulang Sejarah Kesabaran Burung Pleci dan Winter Konin

Ketika berbicara tentang kesabaran, khususnya menanti hal yang tidak pasti, akan menjadi penting memperhatikan kisah pleci dan winter konin. Sebuah kisah tentang dua sahabat dengan banyak anggapan muncul. Ada persoalan besar, di mana perlu dibicarakan dengan melihat masing-masing sisi. Untuk hal penting, dalam rangka menjaga kewarasan. Tentang konteks pemahaman yang berbeda, paling tidak anggapan itu muncul dari pandangan. Bisa saja salah dan membawa kepentingan lain. Berdasarkan kisah perjuangan mereka. Ada anggapan tentang sabar dan realita untuk hidup dalam penderitaan. Mengajarkan lebih lama lagi. Hidup dengan memperhatikan harapan. Tidak berlebihan, jika kedua burung itu kini menjadi teman.

"Paling tidak. Boleh juga menatap harapan burung kecil kuning itu. Kicauannya memang beragam. Tapi, tetap saja dia peniru yang ulung. Anehnya, tidak semua perlu diambil perasaan," ujar winter konin.

Burung berwarna coklat itu berusaha tenang. Mengenali mana kepentingan dan kebutuhan. Tidak semua berdampingan. Tapi, tetap saja memberikan asumsi tersendiri. Rerefensi untuk hidup lebih baik lagi juga diperjuangkan. Tidak hanya sampai pada kesimpulan singkat.

"Burung gemuk itu tidak mengerti. Ada perubahan di setiap langkah. Membawa banyak ilmu untuk dikaji kembali. Uang bermunculan dari setiap kepentingan. Hal itu berkaitan dengan sarang yang hilang. Pasti dia menuduh siapa saja," ujar burung pleci. Tampak bersemangat mencari makan pisang.

Pak tani, sebagai pemilik kebun pisang mulai tampak kesal. Tidak diberikan kesempatan untuk mendoakan kembali tanamannya. Belum sempat berdampak pada hidup. Pengetahuan akan membawa pada kesabaran. Sabar itu menjadi hidup lebih bermakna.

"Sabar bagaimana ? Bisa tidak makan saya. Pohon pisang dipakai untuk harapan. Ditanam dengan memperhatikan aturan. Ketika berbuah, malah berbagi dengan hewan. Belum lagi kalau habis. Memangnya, siapa yang memberikan kesempatan ?" tanya Pak Tani.

Burung pleci memang membawa onar. Karena konflik berkepanjangan dengan petani dan burung winter konin, selalu saja yang berbeda. Digunakan momen demi momen untuk bercerita.

"Situasi seperti ini kita harus kompak. Tidak bisa asal bertindak. Nanti, setiap kesempatan bisa membahayakan kalau asal bertingkah. Catat setiap tindakan beserta hidup," pilihan tersebut membuat warna terus berkembang.

"Tidak bisa dibiarkan. Burung pleci harus kita beri pelajaran. Selain peniru, dia tak memberi kesempatan untuk kita bergaul dengan petani. Untuk setiap pilihan, jalani dengan sepenuh hati. Tak mengerti yang dinantikan itu tidak masalah," ujar winter konin bersama banyak burung lain.

"Kami tidak mau ikut campur. Ini masalah kalian. Dasar burung kampungan. Begitu saja berkelahi, masa tidak mengerti dengan baik cara bertahan hidup," ujar burung cucak ijo yang kian takut.

"Waktu memang berjalan. Teman berinvestasi adalah waktu. Tidak sepenuhnya mengerti, kalau saja ada bentuk lain dari rasa sabar. Mungkin mereka tidak akan bertarung pagi ini, menyebalkan sekali. Membuat aku tidak bisa tidur. Hanya berdasarkan prasangka singkat saja," ujar burung hantu. Burung dengan jadwal tidur terbalik.

Perkumpulan bisa saja berubah. Menjadi wacana untuk tetap setia pada pilihan. Membawa bentuk lain dari harapan. Perlahan, setiap konflik selesai dengan makan.

"Memangnya makan apa ? Pisang sudah habis dimakan burung. Tanpa sisa, hanya kenangan bagaimana aku kesulitan menanamnya. Mencari bibit dan merawat hingga tumbuh mekar," ujar petani mengeluh.

Dalam mengeluh, petani ingat beberapa burung lain. Ada burung kutilang, burung trucukan, dan burung cucak ijo yang sering makan di kebunnya. Tak masalah, burung apa itu siap untuk ditangkap.

"Semua akan ditangkap. Lalu, berbenah menuju tempat baru. Memperoleh kesempatan untuk berjuang lebih lama lagi. Tidak hanya memberikan ruang semu, tapi hadir dengan banyak pertanyaan," ujar kawan petani pisang. Keinginan tidak sesuai dengan kenyataan. Itu memang menyedihkan, tapi tetap saja perlu dijalani.

Menanti itu membosankan, pelajaran bersabar adalah pada proses menanti itu sendiri. Entah bersama burung, bisa juga bersama harapan yang tidak kunjung datang. Tetap saja, setiap kata menanti harus bertemu perjuangannya masing-masing.

"Doa baik untuk setiap perjuangan," ujar burung pleci.

Godean, 19 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun