Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Joglo Tani

15 April 2023   07:10 Diperbarui: 15 April 2023   07:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Soal masa depan. Jarwo mendapatkan banyak nasihat. Bermanfaat atau tidak, itu berkaitan dengan impian Jarwo. Semua rencana mendapatkan bahan bakar kembali.

"Ini soal masa depan, Jar. Kamu harus inisiatif mengejar. Paling tidak, dosenmu tidak akan mau tahu kalau tidak diberi tahu. Masa depanmu belum pasti, tapi masa depan dosen sedang dijalani. Bergeraklah, lakukan saja. Setelahnya, baru direvisi," ujar Titus. Itu menjadi penyemangat Jarwo melanjutkan hari.

Jarwo menghubungi dosen. Merencanakan mengumpulkan skripsi. Meski hanya bagian kecil, tapi itu sudah menjadi tantangan.

"Setiap perkembangan perlu diapresiasi. Paling tidak, sudah berani memulai. Jangan pernah takut gagal dan salah. Setiap orang pernah mengalami apa yang disebut revisi,"

***

Salah satu poin penting bagi Jarwo adalah berkunjung. Mengenal orang baru dan tempat baru itu terasa menyenangkan. Bisa berdampak baik. Maka, tiap saran tempat selalu memiliki kesan bagi Jarwo. Setelah selesai mengumpulkan bab utama skripsi, entah seperti apa responnya. Jarwo memilih terus berkunjung. Mencoba hal baru.

"Aku akan membeli petasan dan menuju tempat Handoko. Mungkin, dia sedang bersama tetangganya. Jengkel karena ada aduan ayam. Tapi, itu menjadi kelucuan tersendiri. Asyik sekali," ujar Handoko sambil mengeluarkan motornya.

Kucing jadi teman. Mengeong sepanjang jalan. Mendapati Jarwo kelelahan mendorong sepeda motornya. Sudah pasti, bensin habis sebelum waktunya.

Bertemu Handoko, Jarwo teringat agenda lama. Sebuah rencana untuk pergi ke Joglo Tani. Entah, tempat seperti apa. Tapi, itu menjadi ruang tersendiri untuk belajar. Menikmati tiap momen dalam sabar.

"Sabar itu memang tidak ada batasnya, tapi ada tempatnya. Salah menempatkan sabar, bisa jadi sabar menjadi tidak bermanfaat," ujar seorang lelaki usia tujuh puluh tahun. Mendapati sebuah Joglo, Jarwo merasa tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun