Begitu pembahasan di rapat RW, ketika Pak Haryo memberitahu kalau ada lowongan pekerjaan di es camcao Mas Yudha.
***
Dua orang pemuda dari desa mendaftar, satu bernama Handoko satunya Jarwo. Handoko berbadan besar, hitam, dan selalu siap dimintai bantuan. Beda dengan Handoko, Jarwo tubuhnya kurus, sering sakit-sakitan, bahkan kalau bangun pasti agak siang. Kemungkinan terlambat lebih dialami oleh Jarwo.
"Kalian sudah siap bekerja ? Pekerjaan kalian hanya memanen daun camcao. Panenan itu paling banyak lima ikat. Setelah dipanen, nanti dikumpulkan untuk dibuat camcao. Apakah kalian mengerti ?"
"Untuk bekal kalian, saya memberikan pisau. Ini bermanfaat untuk memotong, bahkan membersihkan daun camcao dari hama !" lanjut Mas Yudha menjelaskan.
Hari pertama bekerja, Jarwo hanya berhasil mendapatkan tiga ikat daun camcao. Sedangkan Handoko, sudah memperoleh sepuluh ikat. Tentu Mas Yudha semakin bersemangat berjualan camcao. Akan tetapi, perhatiannya tertuju pada hasil yang diperoleh Jarwo dan Handoko. Kenapa mereka memperoleh hasil berbeda ?
***
"Saya akan bekerja lebih giat lagi, Mas. Tolong jangan pecat saya, masih banyak tanggungan keluarga saya. Adik saya mau sekolah dan orangtua saya sedang sakit !" pinta Jarwo.
Handoko terdiam. Mas Yudha menganggukkan kepala. Itu menjadi tanda pemberian kesempatan bagi Jarwo. Tentu, ada syaratnya, yakni harus bisa mengumpulkan daun camcao lima ikat.
"Saya sekarang dapat empat ikat, Mas !" ujar Jarwo dengan bersemangat.
"Saya dapat delapan ikat !" kata Handoko.
Mas Yudha bangga dengan pekerjaan dua pemuda itu. Meski Jarwo belum sesuai target, tapi masih diberi kesempatan.
Hari berganti, Jarwo mendapatkan tujuh ikat, sedangkan Handoko malah hanya dapat empat ikat. Itu membuat Mas Yudha penasaran. Kenapa justru Handoko berkurang panenan daun camcaonya.