Erni baru saja pulang dari bekerja. Tampak jalanan macet. Semua kendaraan buru-buru ingin lewat. Tak ada yang mengalah.
"Bekerja di mana, Mbak " tanya seorang pengendara sepeda motor di samping Erni. Mereka berkenalan ketika hujan tiba. Erni tak bawa mantol. Ia berteduh di depan sebuah ruko.
"Dulu. Saya bekerja. Bekerja di sebuah rumah makan. Tapi, karena sekarang tutup. Jadi tidak bekerja. Ini tadi bekerja mencari pekerjaan."
Mereka malah tertawa bersama.
"Bekerja mencari pekerjaan itu juga bekerja ya, Mas !" lanjut Erni.
Laki-laki itu menyalakan rokoknya. Kemudian, tak sengaja menjatuhkan korek. Suaranya nyaris tak terdengar, banyak pengendara motor buru-buru. Tak mau sekedar berhenti sebentar, menikmati hujan.
"Bukannya pulang. Malah di sini. Ayo pulang. Tidak bawa mantol ya ?" tanya seorang wanita berkaca mata hitam. Ia baru saja membua kaca mobilnya. Menatap lelaki di samping Erni dengan seksama.
"Duluan saja, aku masih menunggu orderan lain."
"Baiklah." Perempuan tadi meninggalkan mereka. Mobil melaju dengan kencang. Menembus hujan.
Untuk pertama kalinya, Erni penasaran. Siapa sebenarnya lelaki di sampingnya dan siapa juga tadi, perempuan yang menyapa. Mereka seperti bukan orang biasa. Mungkin, pembantu dan majikan. Tidak sopan kalau bertanya, Erni memilih diam. Ia kedinginan karena hujan.
***
Sepulang dari berjualan koran, Erni menuju tempat setoran. Kursi roda didorongnya perlahan. Lelaki yang dulu pernah berjumpa dengan Erni di pelataran ruko tiba-tiba menyapanya.