"Nanti saya ke sini lagi, ngantar pesanan sebentar ya, Pak !"
***
      Tampak lalu lintas padat, seorang pria tua mengemis di perempatan. Tangannya luka, kakinya tidak ada satu. Wajah memelas. Mendatangi pengendara sepeda motor, termasuk Erni.
"Kasihan, cu. Belum makan saya." kata pria itu.
Belasan motor dilewatinya, tak ada yang memberi. Ia tetap berusaha mengemis, melontarkan berbagai ucapan memelas. Berharap ada receh dilemparkan. Tak ada yang memberi.
"Siapa namamu Pak?"
Pertanyaan Erni mungkin tak penting. Ia menanyakan hal aneh. Pertanyaan nama untuk seorang pengemis. Sayang, lampu merah berubah menjadi hijau. Belum sempat Erni memberi uang. Barulah ketika di jalan, Erni menatap kaca spion. Melihat lelaki tua tadi seolah kesal.
"Dasar tukang ojek sialan !" umpat lelaki tua itu. Tak terdengar oleh Erni.
Erni merasa bersalah, tak jadi memberi uang. Lebih tepatnya, tak ada uang kecil. Sebab, konsentrasinya masih melihat ponsel. Memperhatikan alamat, takut tersasar atau terlambat. Bisa dibatalkan, nanti malah Erni yang tak dapat uang. Serasa hidup dikejar waktu.
***
      Sudah sampai di depan sebuah kampus, Erni meraba kembali ponselnya. Melihat ada perempuan seusia dirinya di seberang jalan. Asyik memainkan ponsel.