Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berada dalam Ruangan

7 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 7 Februari 2023   18:58 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Menjadi petani, tentu tidak mudah. Banyak risiko dan kesulitan. Kalau ada pilihan merantau, pasti sudah dilakukan Jarwo. Dengan penuh harapan, Jarwo tetap bertani. Merawat sawah. Mendoakan supaya panen. Itu menjadi pemberiannya pada hidup. Wujud syukur pada kedua orangtuanya yang telah tiada.

                "Kalau kamu cuma di sawah, mana mau Lastri sama kamu, Jar !"

                Tak akan terlupa. Ucapan Haryo ketika Jarwo tengah asyik menanam padi. Awalnya tak mempedulikan, hingga akhirnya Lastri memilih meninggalkan Jarwo.

***

                Suatu siang, Jarwo pergi membeli pupuk. Tak sempat bertegur sapa dengan tetangganya. Ada yang terlupa, sebuah tali. Menaiki sepeda tua, Jarwo terus menuju koperasi. Berharap, bisa bertemu Lastri. Selain cantik, Lastri merupakan anak dari kepala desa. Bekerja sebagai penjaga koperasi petani.

                "Mbak Lastri. Saya mau beli pupuk. Ini uangnya ya," ujar Jarwo mengulurkan beberapa uang recehan. Tak sempat menghitung, Lastri langsung memberikan sebuah kertas. Kertas itu nantinya dapat ditukar dengan pupuk. Begitulah, karena tugas Lastri hanya mencatat.

                "Ini Mas Jarwo. Bisa diambil di sana ya ! Talinya sudah bawa belum ?"

                Jarwo terdiam, senyuman menghiasi wajah cantik Lastri. Terkenang, pekerjaan membeli pupuk bisa menjadi begitu menyenangkan.

                "Mas. Ini saya beli pupuk !" kata Jarwo sambil menunjukkan kertas.

                Seorang lelaki paruh baya kemudian meminta Jarwo mendekatkan sepedanya. Meski bertubuh kecil, lelaki itu kuat mengangkat pupuk seberat hampir sama dengan tubuhnya. Lima puluh kilo, mungkin bisa lebih.

                "Mbak Lastri cantik sekali ya, Jar. Makin betah kerja di sini. Meski angkat-angkat, tapi tiap hari bisa liat Mbak Lastri ya semangat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun