"Dulu, kita juga jadi mahasiswa yang tidak begitu dikenali ya, Pak." kenang Bu Erni.
"Itu aku. Kalau kamu dulu kan lulusan terbaik. Tidak ada dosen yang enggak kenal sama kamu. Bangga sekali aku dulu, bisa mengenalmu." ujar Pak Haryo.
"Jadi, dulu Bapak sama Ibu itu satu kampus ? Satu jurusan juga ?" tanya Beni. Anak sulung mereka yang mulai hari itu masuk kelas satu SMP.
Tak ada jawaban, hanya senyuman menghiasi wajah Pak Haryo dan istrinya. Lalu, mereka bercerita soal anggrek putih. Anggrek itu mekar.
"Kalau tidak salah. Itu kenang-kenangan dari mahasiswa ya, Pak ?"Â
"Bukan. Itu dari dosenku dulu."
"Waktu beliau meninggal. Aku melayat dan sempat aku ditawari anggrek oleh anaknya. Tentu aku bawa satu," kenang Pak Haryo.
***
Pagi ini, mungkin hanya anggrek putih yang menghibur Jarwo. Anggrek putihnya mekar. Harum dan cantik. Pagi mendung tak mengurangi keindahannya. Entah, dengan menatap dan menghirup anggrek, Jarwo sejenak bisa melupakan masalahnya.
"Aku takut menghubungi dosen pembimbingku," gumam Jarwo.
"Padahal, hari ini adalah hari pertama kuliah. Sudah bisa menghubungi dosenku. Aku takut dengan Pak Haryo, dia sepertinya seram,"