"Pagi sayang !"
"Kenapa ngalamun ?" lanjut suara seorang laki-laki. Pelukan diterima Yanti. Suaminya berhasil membuyarkan lamunan Yanti. Seketika, kuku dalam gigitannya keluarkan. Sedikit ketakutan. Fokus pandangan tertuju pada lelaki berseragam guru itu.
"Sudah mau berangkat, Mas ? Ada yang ketinggalan ? Tasnya sudah ? Kemarin sepatumu sudah aku semir juga."Â
Tampak wajah gugup. Curiga kalau keperluan suaminya ada yang belum siap. Bisa marah nanti. Selidik dan keheranan akan perilaku istrinya. Pak Beno mendekatkan tangan ke arah dahi.
"Apa kamu sakit ? Kamu hamil ya?" pertanyaan itu membuat Yanti semakin gelisah.
"Tidak ! Aku tidak apa."
"Tapi, sepertinya kamu tidak baik-baik saja. Cerita. Aku tidak apa sedikit terlambat," tatap penuh perhatian didapatkan Yanti.Â
Yanti hanya menggeleng. Simpul senyum kecil ditampakkan. Seolah mau bilang, kalau semua baik-baik saja. Dia bisa merasakan, suaminya cukup teliti dan peka kalau ada sesuatu yang janggal.Â
***
Sudah cukup lama Yanti tinggal di desa. Tepat ketika diajak suaminya. Dulu, ia tinggal di rumah susun. Berada dalam keramaian kota. Hobi anehnya selalu saja sama, menggigit kuku. Bahkan, ketika sudah menjadi seorang Ibu. Tetap saja, ia melakukannya. Dulu, ada seorang lelaki pernah mendekatinya ketika menjelang kelulusan SMP.
"Kukumu bagus. Kalau digigit pasti bisa menjelma menjadi kupu-kupu. Tidak kunang-kunang, percayalah."