Sentir juga pernah dikira mati. Kejadina terjadi di kandang sapi. Barat desa, ada beberapa kandang sapi. Memang milik kelompok tani. Jadi, petani menggarap sawah dan memiliki sapi. Untuk membajak serta modal ketika musim tanam tiba. Traktor belum ada. Sapi masih cukup gagah dipakai berjalan di sawah meratakan tanah. Pada pojok kandang, ada juga sentir dinyalakan.
        "Itu sudah menyala belum ?"
        "Mati sepertinya. Sumbu gosong dan tidak mau menyalurkan api !"
        "Kita cari sumbu lain saja !"
        Sudah menyala. Tapi redup karena minyak tanah tercampur air. Kedua lelaki pemilik sapi keburu pergi. Mereka mencari sumbu. Ketika ditinggalkan, sentir menyala. Semprong belum dipasang. Malam membawa banyak angin. Sisa batang padi ditata rapi. Kering dan mudah terbakar. Tetesan minyak tanah memicu api menjalar. Sentir membakar kandang sapi.
        Saat kedua pemilik sapi kembali, mereka mengira ada maling datang dan membakar kandang.
        "Bukan ! Pasti ulah mereka yang mau membebaskan lahan."
        "Padahal, aku baru saja membeli sumbu untuk sentir!"
        Pada tepi sawah, sentir juga menemani sebuah gerobak. Banyak makanan terlihat nikmat ketika terkena sorotan cahaya sentir. Kuning dan menggoda. Ada rayuan.
        "Ayo makan aku. Kalian belum makan seharian, bukan?"
        "Makan di rumah pasti dimarahi istri kalian."