Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sehat

22 Januari 2023   09:10 Diperbarui: 22 Januari 2023   09:21 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sehat

Cerpen Yudha Adi Putra

Sudah banyak usaha dilakukan Hendri. Awalnya, ia mengira hanya gatal-gatal biasa. Tapi, tertanya tak kunjung sembuh. Harapan untuk sembuh semakin tinggi. Ada petunjuk dari seorang kawan lama. Dalam tiga puluh lima hari, sesuai jumlah pasaran Jawa, kawan Hendri menjelaskan, kalau dia harus mandi setiap jam dua belas malam. Mandi dengan beberapa rebusan ramuan. Selama proses perobatan, ia tidak boleh makan ikan, hanya sayuran saja. Padahal, ikan adalah kesukaan Hendri.

Maka, karena saran itu. Istrinya Hendri juga turut sibuk. Mempersiapkan sayuran yang dimakan Hendri. Setiap hari harus berganti. Hendri juga tidak boleh minum kopi. Sedangkan waktu mandi, Hendri tak boleh bersuara. Jadi, mirip berendam. Itu karena ada guna-guna dari rekan bisnisnya yang tidak senang kalau usaha Hendri lebih sukses.

Ketika mulai hari pertama mandi, Hendri malah pusing. Gatal-gatal ditubuhnya semakin merata. Ia jadi tak bisa berjalan dengan baik. Sempoyongan sambil berpegangan pada sebuah tongkat. Langkah menuju kamar mandi seolah jauh. Peralatan mandi sudah disediakan, tanpa gayung. Karena jangan sampai bersuara.

"Apa benar aku harus mandi jam dua belas malam ? Ini dingin sekali airnya !" keluh Hendri pada kawannya sebelum mulai mandi.

"Hanya itu ! Kalau kamu berobat ke dokter, itu hanya mengobati kulitnya saja. Belum sampai ke dalam. Padahal, ada banyak kiriman guna-guna dalam tubuhnya. Itu dapat luntur setelah tiga puluh lima hari mandi di jam dua belas malam," kata kawannya. Ia meraih korek Hendri. Sebatang rokok apek dinyalakan.

"Kau harus ingat juga ! Ke dokter mahal. Belum lagi, kalau dokternya berbohong. Misalnya bilang, kalau penyakit seperti punyamu ini masih langka dan harus dioperasi. Apa malah tidak menambah pikiran ?" lanjutnya sambil menikmati kepulan asap pertama dari rokoknya.

Seolah tak ada pilihan lain. Hendri menuruti. Ia ingin segera sembuh. Gatal-gatal dalam tubuhnya membuat tidak nyaman. Belum lagi, kalau digaruk nanti malam berair dan mengeluarkan nanah. Mandi di jam dua belas malam baginya adalah siksaan. Tapi, ia juga mempunyai harapan. Mungkin saja, itu cara paling mudah supaya bisa sehat kembali. Dengan cara mandi di malam hari, bisa menjadi upaya agar tidak ke dokter.

"Ada banyak cara supaya sehat ! Olahraga makanya, jangan menunggu sakit. Makan makanan yang bergizi, tidak merokok !" begitu saran istrinya.

"Apa maksudnya ?"

"Lihat sendiri kebiasaanmu ! Makan tidak teratur, merokok, belum lagi kamu tidak pernah olahraga. Memangnya, kapan terakhir kali kamu makan sayuran ?" tanya istri yang lima tahu lalu dinikahinya. Meski mereka belum mempunyai anak.           

Jawaban dan pertanyaan itu membuat Hendri kesal. Ada yang lebih menjengkelkan lagi, rasa gatal tak kunjung hilang dari tubuhnya. Padahal, sudah banyak usaha dilakukan. Dari membeli obat di pasar sampai mencoba ramuan keluarga. Perasaan Hendri juga semakin marah. Bagaimana tidak, banyak rekan bisnis travel mulai menjauhinya. Takut, nanti ketularan gatal-gatal.

"Ini tidak menular !" kata Hendri.

"Tapi itu menjijikan ! Mulai saat ini, kita tidak usah promosi travel bersama. Setidaknya, sampai penyakit anehmu itu sembuh !" bentak teman kerja Hendri.

Sebagai salah satu sopir travel sekaligus tukang promosi perjalanan, relasi menjadi penting bagi Hendri. Karena sehat begitu berharga dan ternyata berdampak pada relasi dengan kawannya, Hendri memantapkan langkah kembali. Ia menguatkan hati untuk mandi dan menjalani saran dari temannya. Makan sayuran dan mandi pada pukul dua belas malam.

Malam pertama mandi, Hendri merasakan segar. Tapi, paginya ia masuk angin. Minta dikeroki oleh istrinya.

"Kalau dikeroki, nanti gatal-gatalmu menjadi luka !" jawab istrinya.

"Lalu, bagaimana ?" tanya Hendri.

"Tahan saja ! Aku berikan paracetamol !"

"Kata temanku, tidak boleh ada obat-obatan selama proses penyembuhan dengan mandi malam ini!"

Istri Hendri geleng-geleng. Ia nampak kesal. Hendri merasakan pening dan gatal. Berat badannya turun karena tak makan makanan kesenangan. Tapi, ia merasakan pikirannya sedikit jernih. Meski gatal-gatal tetap terasa.

Ketika siang hari, Hendri berusaha melakukan sebuah kegiatan. Memandikan burung kesayangannya. Tapi, baru dua langkah berjalan dari tempat tidurnya. Pinggangnya terasa kesemutan. Gatal-gatal terasa lagi. Nyaris saja ia memakan ayam goreng di meja makan. Tapi, ingat kalau hanya boleh makan sayuran. Ingat dengan perjuangan ketika harus mandi malam, bahkan ketika sudah sampai hari ke sepuluh.

"Aku tidak betah di rumah saja !" kata Hendri dengan wajah pucat. Ia menahan kedinginan dalam tubuhnya. Padahal, cuaca sedang terik.

"Kamu mau kemana ?" tanya istrinya.

"Aku mau menemui kawanku yang menyarankan jalan ini. Sudah hampir hari ke dua puluh, tapi belum ada perubahan,"

"Aku masih saja merasakan gatal-gatal. Bahkan, sekarang bertambah parah. Tubuhku kurus, rasanya ringan!" lanjut Hendri.

Ketika Hendri berusaha berjalan mendekati istrinya, tiba-tiba ia rebah. Tubuh kurus Hendri menjadi dingin. Istrinya melihat ke arah televisi. Di dekat rumahnya, ada penangkapan praktik pengobatan ilegal. Tak lama kemudian, nampak gambar kawan Hendri tertangkap polisi.

"Kau sudah sehat, Mas. Sekarang sudah tidak sakit lagi," istrinya berbicara sambil menangis.

Tak lama berselang, nampak beberapa orang mulai datang.

"Hari gini, masih saja ada orang percaya dengan cara sehat begituan," gumam tetangga Hendri.

"Tapi benar, sekarang dia sudah sehat !" kata seorang perempuan berlinang air mata di kuburan. Tepat, setelah jenazah Hendri dikuburkan.

Godean, 22 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun