Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lato-Lato Terakhir

21 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 21 Januari 2023   15:15 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Beni menatap Risa. Risa juga membawa lato-lato. Mungkin benar, kalau mainan itu viral. Semua anak-anak seolah memainkan. Beni sudah sangat mahir. Tapi, Tante Susi bilang kalau Risa belum bisa. Lato-lato baru dibelina tadi siang, dalam perjalanan menuju rumah Beni. Itu juga dengan alasan serta tangisan Risa.

                "Begini caranya !" Beni meraih lato-lato. Tangannya seolah peka dengan aba-aba yang dibuatnya sendiri. Tak lama. Suara lato-lato terdengar.

                "Ternyata berisik juga ya !" keluh Tante Susi.

                Ibunya Beni hanya tersenyum. Mereka kembali asyik berbicara. Ibunya Beni mempersilakan Tante Susi untuk masuk ke dapur. Rencananya, mau melihat peralatan masak terbaru. Biasa, bahasan ibu-ibu perumahan. Sebelum Ibunya Beni mulai menunjukkan sebuah panci, ada suara tangis pecah. Tante Susi berlari menuju ruang tamu, nampak darah. Ia berteriak menyebut nama Beni.

***

                Musim lato-lato mulai surut, tapi sudah lama tidak ada di perumahan tempat Beni tinggal. Seolah, sore itu menjadi lato-lato terakhir yang dimainkan. Tidak ada lagi lomba paling lama memainkan lato-lato. Lomba paling keren bergaya saat memainkan lato-lato. Tidak ada lagi. Semua itu seiring dengan peristiwa yang menimpa Risa di rumah Beni. Ketika mereka ditinggalkan oleh orangtuanya, untuk sekedar berbagi cerita di dapur. Tak akan ada lagi suara lato-lato yang dimainkan di perumahan sejak itu, janji Ibunya Beni.

                Sebenarnya, permainan itu amat menyenangkan. Beberapa ahli juga bilang, kalau permainan lato-lato bisa sejenak melepaskan kecanduan bermain gadget. Meski hanya terbuat dari bola pejal yang ditali lalu diayunkan hingga terdengar suara "tek.. tek..tek" sesuai kecepatannya. Tapi, itu menjadi petaka bagi Risa. Tepat ketika mengayunkan pertama kali, talinya lepas. Pejal lato-lato mengenai bola mata Risa. Berdarah dan menjadi saat terakhir ia melihat dengan kedua matanya. Hingga, lato-lato dilarang dimainkan di perumahan itu.

                                                                                                                                Galeria Mall, 21 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun