***
        Terik matahari sangat terasa. Mereka yang berjanji mau datang ke rumah Wury tidak kunjung tiba. Hanya ada percakapan di grup Whatsapp. Semua soal izin. Ada juga yang tidak mau merespon.
        "Wah, kalau begini caranya. Nanti natalan bisa tidak menyenangkan. Kasihan anak-anak," gumam Yudha. Menatap layar Hpnya, grup dekorasi tak kunjung ramai. Ia sebenarnya masih sibuk dengan tulisannya.
        "Kalau aku izin. Nanti dekorasi tidak ada yang mengerjakan. Tapi, kalau aku harus datang ikut dekorasi. Bisa jadi, tulisanku tidak akan selesai tepat waktu. Nanti, aku bisa kena marah lagi. Bagaimana ya ?" Yudha nampak mulai gelisah.
        Tapi, ia memberanikan diri datang meski dengan membawa laptopnya. Sampai di rumah Wury, hanya ada Cily. Cily hanya bermainan HP. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu.
        "Ayo bantuin. Tanganku kena pisau tadi, aku tidak bisa motong bambu !" kata Cily. Tanpa ucapan selamat datang dan minuman. Yudha datang juga dengan perasaan kesal.
        "Sebentar, masih ada rapat daring. Habis ini aku presentasi. Baru, setelah presentasi aku bantu !" ujar Yudha sambil menyalakan laptopnya.
        "Ceritanya cuma pindah tempat ?" ujar Wury. Ia mengeluarkan beberapa makanan dan minuman es teh.
        "Bentar, setelah ini langsung aku kerjakan !" balas Yudha.
        Yudha kebingungan menatap sebuah gambar. Gambar berisi konsep dekorasi yang harus dibuat. Kebingungan itu bertambah ketika bahan dekorasi tidak semuanya ada.
        "Ini yakin mau buat seperti boneka ?" tanya Yudha.