Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selanjutnya Pasar Malam Dilarang

17 Januari 2023   21:00 Diperbarui: 17 Januari 2023   21:35 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selanjutnya Pasar Malam Dilarang

Cerpen Yudha Adi Putra

Tidak ada tempat luas untuk kegiatan masyarakat, kecuali lapangan samping sekolah. Tempat yang sama untuk pasar malam. Semua nampak menyenangkan. Peristiwa pasar malam menjadi hiburan bagi warga desa. Setidaknya, gemerlap lampu dan musik bisa menemani sampai malam sebelum mereka terlelap tidur.

"Nanti kita ke pasar malam ya ! Liat keramaian pasar malam," ajak Pak Darmin kepada kawan-kawannya di sawah.

Meski paruh baya dan duda. Pak Darmin ingin bersenang-senang. Setidaknya tahu, ada apa saja di pasar malam. Ia hanya mendengar cerita kalau pasar malam itu untuk anak-anak. Tapi, ada juga yang berjualan tahu, kacang, dan wedang secang. Tak masalah itu sudah lebih dari cukup untuk makanan ringan orangtua.

"Walah, Pak. Kayak anak kecil saja ke pasar malam," ujar Lik Manto.

"Tapi boleh juga. Sekalian bantu-bantu parkir. Kemarin katanya kalau malam minggu itu parkirnya ramai. Siapa tahu, jalanan macet dan jasa hansip seperti saya masih terpakai," lanjut Lik Manto. Percakapan di pematang sawah itu terdiri dari empat orang.

"Nanti tak nyusul saja. Aku mau benerin kurungan burung dulu. Kebetulan, besok Minggu mau ke pasar unggas. Mau beli burung perkutut, sudah lama tidak pelihara," ujar Pak Darso.

Lik Marmo hanya tersenyum. Ia asyik menikmati gethuk yang dibawakan istrinya sebelum berangkat ke sawah.

"Katanya, ada yang kemalingan motor. Tapi, karena kesulitan membawa. Motornya dibuang ke sawah dekat milik Lik Marmo itu," ujar Pak Darmin.

"Iya. Malingnya mungkin belum persiapan. Masa tidak bisa memakai motor kopling!" balas Lik Manto.

Memang, malam Senin kemarin ada motor yang dicuri saat parkir di pasar malam. Tapi, motor itu ditemukan warga yang mau ke sawah waktu selepas subuh. Motor kopling tergeletak di sawah seperti barang rongsokkan.

***

Dalam sebuah ruangan, seorang laki-laki paruh baya nampak kebingungan. Bagaimana membawa benda kotak dengan kabel-kabel yang beruluran. Asal-asalan saja. Semua dicopotnya, kemudian di masukkan dalam kardus.

"Ingat, bagian yang CPU. Bentuknya kotak dan berisi kabel-kabel. Biasanya kalau dipencet langsung menyala warna merah. Itu mahal sekali," ujar lelaki berkerudung hitam.

"Bagaimana kalau dipotong saja. Supaya kita membawanya lebih ringkas," usul kawannya.

"Jangan. Kita tidak tahu bagian mana yang penting. Pelan-pelan dicabut saja," jawab lelaki berkerudung hitam sambil terus memandang sekeliling.

Terdengar suara musik dangdut dan keramaian pasar malam. Menjadi saat paling nyaman untuk mencopoti barang. Mereka juga sudah mendapatkan informasi kalau penjaga SD sedang pergi ke pasar malam dengan anaknya. Jadi, bisa mencuri komputer di SD dengan leluasa.

***

Rombongan lelaki paruh baya yang janjian ke pasar malam mulai berdatangan. Pak Darmin menyalakan rokok dan memperbaiki ikatan sarungnya. Kali ini, mereka hanya datang bertiga. Lik Marmo bilang akan menyusul.

"Aku kebelet kencing, kencing dimana ya?" ujar Pak Darmin.

"Dasar manula. Ada-ada saja, katanya mau keliling pasar malam !" jawab Lik Manto.

"Kencing di SD saja. Jangan kecing di semak-semak," usulan Lik Manto. Mereka berjalan menuju SD samping lapangan sebelum masuk ke pasar malam.

Sampai di gerbang, mereka terkejut. Ada beberapa orang berbaju hitam menggotongi barang. Lik Manto berteriak.

"Maling ! Maling !"

Dalam sekejap, pukulan balok tepat mengenai Lik Manto. Ia pingsan. Tak ingat apa yang terjadi setelahnya.

***

Isu mengenai pencurian komputer di sekolah mulai ramai dibicarakan. Banyak warga mulai tidak setuju kalau ada pasar malam. Itu menjadi pengalih perhatian saja.

"Selanjutnya pasar malam dilarang!" bentak kepala desa.

"Itu cara paling bagus untuk menyelamatkan semuanya," kata lelaki berkerudung hitam yang memukul Lik Manto.

Ketika di rumah kepala desa, tiba-tiba ada polisi berbaju preman datang. Ia bertanya kepada lelaki yang tengah asyik berbicara dengan kepala desa.

"Selamat malam, apakah ini punya Bapak ?" kata polisi itu sambil menunjukkan sebuah sapu tangan. Tanpa merasa curiga lelaki tadi mengiyakan.

Dari kejauhan, Laik Manto berteriak. "Itu malingnya Pak ! Sapu tangannya terjatuh waktu mencuri komputer !"

Semua diam. Kepala desa pucat. Malam menjadi terdengar suara jangkrik saja.

Pasar Malam, 17 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun