"Ini businya sudah jelek, Mbak. Sebentar, saya ada gantinya," ujar Darso. Kemudian sejak saat itu, cerita menolong perempuan tadi menjadi cerita yang terus diceritakan Darso ketika ronda, di sawah, di mana saja. Kagum, betapa cantiknya perempuan yang ditolongnya.
***
        "Kita datangi tempat tinggalnya saja !" teriak istri Darso.
        "Iya, dia pasti janda penggoda! Palingan cuma perempuan rendahan yang kerjanya tak jauh-jauh dari kasur!" teriak ibu-ibu yang lain.
        "Pantas saja hidup melajang. Kerjaannya godain suami orang!" warga desa lain juga turut berteriak.
        Suasana ramai mulai terasa di desa Darso. Isu para suami jarang pulang karena tergoda perempuan yang memilih melajang sedang hangat. Banyak perempuan tidak terima. Semua berawal dari rasa penasaran karena mendengar cerita Darso menolong perempuan yang motornya mogok.
        "Memangnya, secantik apa dia itu ? Salon langganannya dimana ?" tanya istri Darso.
        "Palingan juga simpanan pejabat! Dapat uang dari mana lagi coba untuk perawatan ?" dugaan seorang lelaki.
        "Harusnya kita kasihan. Sudah cantik, terlihat muda. Tapi kenapa tidak menikah. Kalau memilih lelaki, pasti banyak yang mau. Kemarin saja, ada lelaki bermobil datang ke rumahnya. Ia bertanya padaku alamatnya,"
        Percakapan semakin hangat ketika mereka akhirnya tahu nama perempuan itu. Dara Dinanti. Ia hanya tinggal sendirian di samping desa. Banyak lelaki mendatangi rumahnya, termasuk Darso. Semua membawa harapan bisa menikah dengannya, meski kadang sudah beristri. Maklum, itu semua karena kecantikkannya.
***