Pemilik Bengkel Sepeda yang Tidak Mau Pergi dengan Istrinya
Cerpen Yudha Adi Putra
Setiap ada kerusakan sepeda, petani dan pedagang di desa selalu menuju ke tempat Lik Karyo. Bisa berjarak beberapa desa, tapi tetap berangkat. Bengkel sepeda mulai langka. Sekarang kebanyakan memakai sepeda motor, bahkan untuk sekedar merumput di sawah dan berbelanja di pasar yang jauhnya tak seberapa.
        "Permisi, Pak. Saya mau bertanya, rumah Lik Karyo sebelah mana ya?" tanya seorang ibu penjual jeruk yang sepedanya rusak. Ia mendorong sepeda sejak dari pasar. Menyusuri gang-gang desa dengan modal petunjuk rumah dekat kuburan samping penjual kayu bakar.
        "Itu Bu, Ibu tinggal lurus saja. Nanti ada pertigaan dekat kuburan, belok kanan. Rumahnya Lik Karyo menghadap ke arah selatan. Ada dua burung perkutut dan banyak sepeda bekas. Nanti Ibu pasti hanya bertemu salah satu, Lik Karyo atau istrinya" ujar pemilik warung kecil di dalam desa.
        "Baik, Bu. Terima kasih ya, di warung ini apakah ada koyo Bu ? Kaki saya pegal setelah mendorong sepeda," tanya Ibu tadi.
"Tidak ada, Bu. Nanti sekalian di tempat Lik Karyo saja, Bu. Istrinya buka warung juga, koyo pasti ada!" balas pemilik warung sambil menunjuk sebuah arah.
Berjualan dengan warung kecil memang menguntungkan dan membantu keluarga. Setidaknya, kalau kecap habis tidak perlu ke pasar. Tinggal melangkah beberapa langkah saja sudah bisa beli kecap. Kalau beruntung, boleh ngutang dan bisa di dapat tengah malam asal tidak malu mengetuk pintu. Itu semua fasilitas mudah karena yang jual adalah tetangga.
        Istri Lik Karyo juga membuka warung di rumah. Warungnya berjualan aneka kebutuhan sehari-hari. Meski sederhana, tapi ada saja keperluan dapat yang bisa membantu tetangganya. Kalau pagi, ibu-ibu akan memadati halaman depan rumah Lik Karyo. Tapi, saat itu pasti Lik Karyo tidak di rumah. Padahal, tempatnya strategis. Selain karena menjadi jalan setelah pulang senam pagi, di sana ada penjual sayur keliling yang sepakat berhenti sejenak di depan pos ronda dekat rumah Lik Karyo.
***
        "Kenapa sendirian Pak ? Ibunya dimana?" tanya Pak RT pada Lik Karyo ketika acara kondangan di balai desa.