Telah Lama Mencari
Cerpen Yudha Adi Putra
"Telah lama, kucari-cari. Teman hidup yang lebih pasti. Hidup dengan kemesraan setiap hari," suara nyanyian Alvin di dekat laboratorium biologi.
        "Suatu saat, Yesus temukanku dengan dia. Melayani, Tuhan bersama-sama," sautan seorang siswa kelas lain.
        Ketika Alvin menenggok, ternyata tidak ada orang. Hanya terdengar suara orang tertawa.
        "Cie.. cie.. cie," ucap Pak Kapjo. Penjual kantin sekolah itu mendengar nyanyian mereka. Cuplikan lagu masa remaja indah dengan rasa tak karuan ketika menyanyikannya.
Banyak kisah cinta monyet dihadapan Pak Kapjo. Ada yang sampai membolos kelas biar bisa bertemu. Ada usaha merahasiakan bertemu di antara istrahat karena takut dengan guru. Semua nampak mendebarkan, belum lagi kalau sampai saat pulang sekolah. Lambaian tangan seolah berpisah selamanya.
"Sampai jumpa besok ya, aku bawakan nasi goreng buatanku," ucap seorang anak perempuan.
Anak SMP di sampingnya hanya tersipu malu. Dari kejauhan ia memperhatikan sepeda motor mulai mendekat.
"Pak, ayo kita pulang. Kenapa menjemputnya lama sekali ?" keluh anak itu sambil menyerahkan tas kecil untuk diletakkan pada bagian depan sepeda motor.
"Tadi baru mengantar pesanan. Alamatnya searah, jadi sekalian jemput kamu. Kamu sudah makan, nak ?" tanya lelaki berjaket kumal. Sorot mata lembut menatap anak semata wayangnya yang sudah lama menunggu.
"Sudah, Pak. Besok aku tidak usah bawa bekal makanan saja ya," ucap anak itu dalam perjalanan pulang.
"Besok katanya sampai sore. Ada ekstra basket bukan? Nanti kalau lapar bagaimana?"
"Mau dibawakan sama Alvin soalnya," jawab anak itu.
"Alvin siapa?"
"Itu, pacar baru Roni. Katanya, ada usaha membuat makanan di rumah. Jadi, sekalian mau bawakan aku nasi goreng. Bolehkan, Pak ?"
Lelaki berjaket kumal itu tidak menjawab. Ia terus mengendarai sepeda motor matic menuju jalan-jalan kampung. Bayangan peristiwa beberapa tahun seketika muncul dihadapannya, ketika dia memiliki cinta monyet bernama Ucik.
***
        Harto tak pernah mengira bisa duduk di samping Ucik, seorang gadis cantik dari kelas lain setelah peristiwa dia dibentak oleh ayahnya Ucik. Hampir semua siswa di sekolah mengenalnya, karena selain baik, Ucik juga merupakan siswa pintar dengan penampilan cantik. Setiap bulan, ada saja kejuaraan lomba yang diumumkan dan Ucik maju ketika upacara bendera sebagai perwakilan sekolah membawa kemenangan.
        "Aku bawakan nasi goreng. Ini buatanku sendiri," Harto mengulurkan sebuah kotak bekal.
        "Wah, kamu tahu makanan kesukaanku. Aku senang sekali dengan nasi goreng," jawab Ucik.
        "Sudah lama aku tidak makan nasi goreng buatan ibuku," lanjut anak perempuan itu sambil mulai memakan nasi goreng. Sebenarnya nasi itu dibeli Harto tadi pagi.
        "Kalau kamu mau, aku bisa bawakan lagi besok. Kebetulan, aku akan memasak nasi goreng spesial," ucap Harto. Wajah kegirangan nampak. Ia kini tak mempedulikan beberapa teman yang sejak tadi mengintip mereka di balik tembok kantin.
        "Ibuku sudah meninggal karena sakit, jadi aku merindukan masakannya," Ucik berkata seperti itu dan air mata mulai nampak di matanya.
        "Maaf, aku tidak tahu. Kamu hebat sekali," hanya ucapan itu yang terucap oleh Harto.
        Bel tanda istirahat usai mulai terdengar. Seluruh siswa SMP mulai bergegas ke kelas. Seolah siap bertemu dengan guru dan menikmati pelajaran selepas istirahat siang. Dambaan akan pulang cepat tentu dinantikan.
        "Sampai bertemu nanti," pamit Harto.
        Ucik belum sempat menjawab. Harto seperti terburu menuju kelas. Malu, senang, dan takut bercampur. Bagaimana nanti pulang sekolah ? Harto tidak tahu. Harapannya tentu bisa berpisah dengan indah sebelum pintu mobil ayahnya Ucik menutup.
        "Jangan dekati anakku lagi. Dasar anak pengemis miskin ! Sudah mending kamu dapat kesempatan untuk sekolah," bentakkan itu masih teringat jelas oleh Harto.
Telah lama mencari kesempatan untuk berjumpa, Harto tak bisa menemui Ucik lagi. Akhirnya, waktu berjalan hingga Harto tahu bahwa anak Ucik bernama Alvin saat ini menjadi kekasih Roni, anaknya sendiri. Meski hanya cinta monyet, Harto selalu tersadar bahwa setiap masa memiliki patahan ceritanya masing-masing.
        "Dulu kita ya, sekarang anak-anak. Semoga kamu berbahagia, meski telah lama mencari kesempatan. Kita berjumpa dengan kondisi seperti ini," ucap Ucik ketika sama dengan Harto menunggu anak mereka pulang sekolah.
 SMP N 3 Godean, 12 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H