Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesempatan dalam Kurungan

8 Januari 2023   11:00 Diperbarui: 8 Januari 2023   11:09 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burung pleci liar hanya terdiam. Ia merasakan tubuhnya terangkat. Ada tangan Ibunya Bayu mencoba melepaskan dari dahan penuh jebakkan itu.

"Sialan. Mau dibawa kemana aku ?" pleci dalam genggaman tangan itu menjerit. Kesempatan terbang muncul ketika Ibunya Bayu merasa gatal. Ada semut menggigit kaki perempuan paruh baya itu. Seketika, burung pleci liar tadi terbang bebas. Tak lupa, ia menghina burung dalam sangkar.

"Begitulah, pentingnya mencari kesempatan. Kau juga harus mencari kesempatan kalau mau bebas. Kesempatan dalam kurungan. Hahaha," teriak pleci liar.

***

"Kenapa semalam Bayu tidak menurunkan kita ya, padahal hujan deras. Buluku masih basah semua. Tega sekali, apa dia lupa kalau memelihara kita ?" keluh burung prenjak. Ada tiga burung yang berada dalam sangkar. Ketiganya tidak dimasukkan dalam rumah. Mereka berada di samping rumah dan kena air hujan.

"Pagi begini, sebenarnya segar sekali embunnya. Aku suka, rasanya menjadi semangat memulai hari dalam sangkar kecil ini," kata burung pleci. Seolah dia tidak peduli keluhan burung prenjak.

"Lihat, seperti burung pleci itu. Dia tidak mengeluh meski bulunya terkena embun. Tapi, kamu baru diletakkan di luar saja sudah mengeluh terus. Ini enak tahu, lebih dekat dengan alam. Kemana burung pleci liar kemarin ? Aku kira sudah dalam sangkar," burung sogon mencoba berkomentar. Ia mengkibas-kibaskan ekornya. Nampak menikmati pagi meski belum sepenuhnya menjadi cerah.

"Dia terbang lagi, nanti pasti mendekat lagi. Kita undang saja. Menyenangkan sekali menghina burung liar sulit mencari makan itu. Hahaha," kata burung pleci.

Mereka menyanyikan lagi pagi. Nampak sahut-sahutan dengan burung liat di kebun. Sesekali, terdengar burung ciblek. Burung prenjak juga memanggil kawannya. Ramai sekali. Keramaian itu membuat Bayu datang.

 "Wah, ada burung prenjak lagi. Ayo, kita jebak lagi. Pindah lagi saja sangkarnya!" teriak Bayu pada adiknya, Aditya.

"Kita bawa ke dekat sawah saja. Bawah pohon gayam," usul Aditya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun