"Sudah-sudah. Ayo, kita apresiasi mereka. Duduk di barisan kursi paling depan saja," usul Novi sambil memberesi barang bawaannya. Tapi, ada sampah yang terlupa tidak dibawa.
        "Sampahmu itu, cuma mau pindah tempat bersih saja kamu ini," gerutu Dio.
        Kumpulan alumni itu kemudian beranjak pindah duduk ke dapan. Nampak Bagas tersenyum puas.
        "Mari. Silakan dilanjutkan. Kita mulai lagi mengikuti misa sederhana. Semoga kita bisa menikmati setiap perutusan kita," kata Bagas sambil mempersilakan pembawa acara.
        Bagas beranjak menuju ke tempat duduk. Ia disambut dengan senyum kecut beberapa temannya.
        "Kenapa kamu mempermalukan kamu, itu lihat. Guru-guru menganggap kami alumni tidak tahu diri," gerutu Dio.
        "Ah tidak, mereka senang karena kita mengikuti misa sederhana dengan baik," ucap Bagas.
        "Misa apa lagi ? Tadi sudah misa, kamu saja sudah mau tertidur kalau imamnya lama," Novi berbicara.
        "Perutusan, kita diutus untuk duduk di depan. Misa itu juga perutusan, sesederhana pindah ke depan untuk menghargai acara adik-adik kita," jawab Bagas.
        Mereka tersenyum kecut. Drama natal di mulai, masih sama. Soal perutusan, dimana setiap alumni diutus untuk melakukan yang terbaik dimana mereka berada. Jadi apa pun, mereka sekarang.
                                                        Mrican, 29 Desember 2022