"Mas, kalau tidak percaya. Ini liat di HP saya, benar di sini alamatnya," ujar perempuan dengan menunjukkan gawainya.
        "Saya tidak peduli. Pergi kamu atau saya teriakin maling," bentak Yatiman pada perempuan itu sambil mulai menutup pintu.
        "Dasar aneh," umpat perempuan itu, lalu pergi meninggalkan rumah Yatiman.
        Yatiman masuk ke rumah. Ia mendapati sahabatnya, Yanto sedang asyik merapikan rambutnya. Sebuah ikat kepala digunakan untuk menutupi keningnya. Di depan Yanto, ada meja kecil lengkap dengan sesaji. Ada dupa, menyan, dan bunga-bunga. Tidak lupa, ada beberapa perhiasan hingga asbak untuk dirinya merokok.
        "Kenapa kamu teriak-teriak. Pintu juga kamu banting. Pelan-pelan kenapa memangnya," sapa Yanto.
        "Ada orang aneh. Bilang kalau mau pasang susuk. Aku usir. Jelas-jelas di sini gak bisa pasang susuk. Orang gila kali ya," jawab Yatiman kesal. Ia meraih rokok dan menyalakannya. Kepulan asapnya memenuhi ruang tamu bercampuran dengan bau kemenyan yang dibakar Yanto.
        "Lha, kenapa tidak kamu suruh masuk ?" balas Yanto.
        "Itu pasienku. Aku sudah buat akun media sosial. Iklan dimana-mana. Supaya laris. Ada perempuan datang malah kamu teriak-teriak. Jadi gak dapat pelanggan ini," lanjutnya.
        "Apa ? Jadi ini idemu ? Emangnya bisa pasang susuk ? Jangan nipu orang. Masa rumah kita dikira pasang susuk. Emas aja tidak ada," ucap Yatiman dengan keheranan.
        "Ini ide bagus. Aku pernah bilang, kalau perempuan tidak mau tua. Belum lagi, tuntutan untuk pamer di media sosial. Makanya, bisnis bagus. Nanti keuntungannya bisa dibagi dua. Aku juga sudah kerjasama dengan beberapa kawan,"
        "Ah, aku tidak setuju. Itu penipuan. Memangnya, benar tidak bisa tua ? Semua pasti tua. Susuk atau apa pun itu, pasti sudah tidak ada yang percaya. Kalau mau lambat penuaan orang-orang itu pergi ke salon. Ada yang perawatan, pakai skincare, bukannya pasang susuk. Aneh sekali kamu, nanti kalau ketahuan bagaimana ?" Yatiman berusaha menolak ide sahabatnya itu.