Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cat Merah

22 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   13:06 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tenang, Mas. Nanti bisa minta tolong Ibu. Biar tidak ada yang komentar," lanjut Asih.

Kemudian, mereka pulang meski hujan-hujan. Jaket ojek daring milik Aji dikemas rapi. Ia memakai plastik untuk melidungi tubuhnya. Asih mendapat sedikit tempat di belakang motor.

***

"Asih, tadi Hans mencarimu. Kamu dimana seharian ?" tanya Pak Lurah pada anaknya.

"Aku tadi ke tempat temanku. Ia berencana membuka salon. Makanya, tidak sama Hans," jawab Asih.

"Kak Hans keren ya, Mbak. Katanya, sudah hampir sebulan jadi PNS. Tadi cerita kalau mau pindah tugas di kantor kelurahan. Ini juga ada titipan," adiknya Asih mendekat.

Asih membuka kotak kado yang dibawa adiknya itu. Ia melihat ada beberapa produk perawatan kulit impiannya. Ia senang, tapi bingung. Bingung karena laki-laki bernama Hans itu datang lagi.

"Bu, apa Ibu tahu kabarnya Mas Aji ? Kenapa dia tidak pernah ke sini lagi ?" tanya Asih pada Ibunya ketika mereka berada di dapur.

"Mungkin, Aji takut dengan Bapakmu. Bagaimana pun, ia menghormati orangtua, apalagi lurah seperti Bapakmu," jawab Ibunya sambil menggirisi wortel.

Sejak kejadian itu, Aji tak pernah datang lagi. Hanya ada Hans, tapi Asih tidak tahu siapa Hans. Kata Bapaknya, dia adalah lulusan sekolah camat dan anak bupati. Makanya, Pak Lurah berbaik hati memperkenalkan anaknya. Tapi Asih tak pernah mau, hatinya hanya untuk Aji. Hari berlalu dengan cepat, hingga akhirnya Asih menjadi guru. Ia mengajar di SD dekat kelurahan. Ada tawaran bekerja di kelurahan, tapi ia tolak. Takut dikira mengandalkan bapaknya.

"Asih, ini tadi ada undangan pernikahan untukmu. Beberapa kawanmu sudah menikah, lalu kapan dengan kamu ? Bapak juga ingin segera punya cucu. Mengisi masa pensiun nanti dengan momong cucu pasti menyenangkan," kata Pak Lurah pagi hari sebelum Asih berangkat mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun