Sapaan
Cerpen Yudha Adi Putra
"Bapak Ibu, selamat malam. Bagaimana kabarnya?" sapa Pak RT pada pertemuan warga di balai desa malam itu. Sapaan itu memecah saat menunggu balai desa. Akhirnya, acara dimulai setelah semua warga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang merokok. Membaca koran. Anak-anak asyik bermain HP. Suara jangkrik juga tak kalah nyaring terdengar.
        "Selamat malam, Pak" semua menjawab. Pemuda dan anak-anak nampak bersemangat.
        Dalam benak Kris, ada yang tidak nyaman. Dia merasa tidak adil dalam ucapan Pak RT. Bukan karena Pak RT terlambat datang dan sudah membuat warga menunggu. Tapi, pada sapaan Pak RT pada warga.
        "Memang sudah begitu biasanya. Lagian, apa masalahnya. Semua bisa tersapa. Hanya sapaan juga," jawab Rani ketika Kris bercerita soal sapaan Pak RT.
        "Bukan hanya itu. Kalau sapaan juga tidak penting. Penting makanannya apa dan pembagian BLT kapan tiba ?" Yayan turut menyampaikan pendapatnya.
        "Yayan. Kamu ini kalau soal bantuan selalu tanya kapan. Kalau kerja bakti, malah dimana kamu ?" Rani juga menimpali.
        "Maklum. Ada kabar soalnya, setiap desa itu dapat dana desa. Kenapa desa kita tidak ada apa-apa ? Siapa tahu kumpulan kemarin mau bagi-bagi uang," kata Yoel turut bergabung obrolan mereka.
        Kris tetap merasa resah. Ada yang salah dalam ucapan Pak RT. Tapi, ketika bercerita ke temannya. Semua malah menganggap ia yang bermasalah. Hal sederhana saja diperhatikan.
        Hingga suatu ketika, Kris harus bertemu dengan Pak Rudi. Dalam seminggu ke depan, akan ada kegiatan desa di balai. Jadi, semua warga diharapkan terlibat. Soalnya, itu menjadi persiapan untuk proses kirab budaya. Pak Rudi menjadi ketua panitia kegiatan tersebut.