Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setrika Arang Mbah Arjo

18 Desember 2022   22:30 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setrika Mbah Arjo

Cerpen Yudha Adi Putra

"Sekarang bisa pakai setrika listrik, Mbah. Lagian setrika itu pernah buat selendang kesayangan Mbah Arjo gosong," aku menyarankan. Mbah Arjo tetap menolak. Dia sibuk mencari setrika kesayangannya di gudang.

                Kalau setrika arang itu tidak hilang, mungkin Mbah Arjo tidak akan mencari sampai terpeleset. Mbah Arjo keheranan, dimana setrika kesayangan yang dibelinya sejak muda. Dia biasa meletakkan setrika arang itu di dalam lembari bajunya, bersebelahan dengan baju, selendang, dan kapur barus.

                Itulah hari, dimana Mbah Arjo malah tidak jadi pergi ke pernikahan tetangga. Alasannya ketika mau berangkat, baju yang mau dipakai belum disetrika memakai setrika arangnya itu.

                "Aduh, malah jadi sakit sekali punggungku. Ayo, tolong antarkan aku pijat," ucap Mbah Arjo pada Tito, cucunya.

                "Kenapa bisa terpeleset, Mbah. Kalau berjalan itu pelan-pelan. Mbah Arjo bisa minta tolong saya untuk menyetrikakan baju. Jadi, tidak usah pakai setrika arang punya Mbah Arjo," balas Tito sambil membantu Mbah Arjo berjalan.

                "Setrika sekarang itu hasilnya jelek. Tidak alami. Kalau pakai setrika arang, pendinginnya bisa pakai daun pisang. Itu membuat serat pakaian jadi terawat. Bukan cuma disemprot pakai pewangi yang malah membuat kain makin lama makin kusam. Lain hasilnya dengan setrika arang milikku yang hilang itu. Belum lagi, setrika arang itu membuat kita berhati-hati dan peka penuh perhitungan," jelas Mbah Arjo diselingi suara batuk patah-patah, ditambah sesekali mengaduh karena punggungnya sakit.

                "Mbah Arjo mungkin sudah menjualnya? Atau lupa menaruh ? Biasanya ditaruh dimana, Mbah?"

                "Tidak mungkin tak jual. Meski aku sering ke pasar loak, tapi itu buat melihat burung. Bukan menjual setrika. Mbah biasa taruh di dalam lemari, berdekatan dengan baju, seledang, dan beberapa potong kain. Jangan-jangan, malah kamu yang menjualnya. Setrika itu terbuat dari kuningan,"

                Dituduh seperti itu, Tito hanya bisa menggelengkan kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun