Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Burung Satu Sangkar

16 Desember 2022   15:15 Diperbarui: 16 Desember 2022   15:32 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua Burung Satu Sangkar

Cerpen Yudha Adi Putra

 Tentu tidak ada istri yang setuju kalau suaminya menganggur dan hanya memelihara burung. Tapi kenyataannya Painem berjuang menerima keadaan laki-laki bernama Manto itu, meski tiada hari tanpa omelan soal burung. Entah ada apa dalam rumah tangga mereka, istrinya sibuk bekerja dan suaminya asyik dengan burungnya.

Burung prenjak dalam sangkar milik Manto kalau bisa bicara pasti mengeluh. Tiga temannya dapat terbang bebas mencari makan, tapi dirinya hanya berdiam dalam sangkar. Manto setiap pagi memandikan burung dan mendesah kesal mendengar keluhan istrinya. Di depan rumah mereka sudah kelihatan beberapa tetangga memulai hari dengan bekerja. Ada petani bersiap dengan cangkulnya. Atau di samping rumah, ada lelaki dengan seragam guru sedang memanasi motornya sebelum pergi mengajar. Dan yang paling membuat Manto kesal adalah keluhan istrinya karena barang keperluan rumah sudah pada habis.

Keluarga itu tinggal di wilayah kehidupan dimana laki-laki itu tugasnya bekerja dan memimpin keluarga. Kehidupan yang sungguh membuat perempuan dan anak-anak mengalami penindasan, tapi itu dibalut dalam kepatuhan budaya. Tetapi, Manto memang lain. Dia bisa nyaman dengan tidak bekerja, hanya memelihara burung. Untuk keperluan hidup sehari-hari seperti makan, minum, dan kopi dicukupi oleh Painem. Painem bekerja sebagai pegawai pabrik di kecamatan lain. Setelah pagi beres menyiapkan sarapan untuk suaminya, ia berangkat ke tempanya bekerja. Kadang diantarkan oleh Manto, tapi lebih sering berangkat sendiri. Suaminya sibuk dengan burung kesayangannya. Entahlah, mungkin suaminya tidak peduli dan lebih mementingkan kesenangannya dengan burung itu.

***

Sore itu, Manto duduk mengamati burung prenjaknya, lalu istrinya menyodorkan selembar kertas. Kertas berisi tagihan hutang dan daftar belanjaan yang perlu dibayarkan. Keduanya nampak terdiam, saling bertatapan, dan istrinya nampak mulai kesal.

"Tagihan bulan ini, harga-harga naik. Aku tak punya uang. Jual saja burungmu dan mulailah cari pekerjaan. Aku tak tahan lagi dengan semua ini,"

"Hei, apa kau mendengarkan aku?" seru Painem kepada suaminya. Dia kelihatan sudah tidak sabar. Matanya mulai berkaca-kaca, lelah dengan keadaan.

"Santai saja, ini masih tanggal muda. Bukankah sebentar lagi dirimu gajian?"

"Tidak. Uangku habis untuk membayar hutangmu kemarin," perempuan itu memalingkan pandangan dari Herry. Air matanya mulai meleleh di kedua pipinya. Pipi yang dulu tak bisa lepas dari kosmetik, tapi kini tak pernah sempat merawat diri. Ia juga tak punya uang karena habis untuk mengurusi lelaki yang disebut suami. Perempuan usia tigapuluh tahunan menangis dihadapan sangkar burung prenjak.

"Mau sampai kapan seperti ini ? Aku dulu harusnya bisa kuliah sampai lulus, tidak hidup denganmu dan hanya menjadi buruh pabrik. Aku menyesal,"

"Kita harus terus berjuang , masih baik kita bisa hidup. Kau bisa punya pekerjaan dan burungku mungkin bisa menang digantangan," kata lelaki itu. Dia berhenti memandikan burungnya, ganti mendekati istrinya.

"Tapi kapan ? Memangnya apa yang bisa diandalkan dari burung itu ? Bukannya burung itu terbang. Dia bebas, bukan dikurung lalu disuruh berkicau kalau kamu mau. Dasar kejam!" seru Painem mendekati sangkar burung, tapi Herry tak memperhatikan.

Herry hanya terdiam dan berjalan menuju pohon jambu dekat kebun rumahnya. Ia menyingkap sarung yang dikenakannya. Lelaki pemelihara burung itu kencing, ia mengabaikan keluhan istrinya.

***

Dalam benak Manto, siapa yang tahu maksud burung berkicau dalam sangkar ? Apakah burung itu senang karena diberi makan dan dimandikan ? Burung itu berteriak minta tolong pada kawannya yang bisa terbang bebas ? Hanya burung prenjak Manto yang tahu. Paruh burung prenjak itu terbuka dan mengalunkan kicauan memanggil namanya sendiri. Saat Manto dan Painem beradu mulut, ada burung prenjak terbang mendekat di dekat pohon. Burung itu menyaut kicauan burung milik Manto. Manto terkejut, setelah kembali dari kencing, ternyata burung prenjak kesayangannya sudah tidak ada dalam sangkar. Tapi ada dua burung, bukan di dalam, tapi di atas sangkar. Mereka bersaut-sautan dan Painem tersenyum puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun