Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita di Balik Keceriaan Lomba Natal

11 Desember 2022   17:50 Diperbarui: 11 Desember 2022   17:51 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita di Balik Keceriaan Lomba Natal

Cerpen Yudha Adi Putra

                Sebenarnya, Yudha sudah tidak ingin datang di lomba natal itu, tapi ia harus menjemput dan menunggu adiknya. Perayaan lomba anak-anak dengan beberapa teman pemuda menjadi panitia. Keceriaan sudah ditunggu dan persiapan sejak beberapa hari yang lalu. Baru tepat hari Minggu, lomba itu dimulai. Banyak anak sekolah Minggu datang. Ada banyak lomba diadakan. Mulai dari makan kerupuk sampai mainan koran untuk dibuat pakaian-pakaian.

"Bara, apa sudah semua peralatan dibawa?" tanya ibunya.

"Sudah, ayo segera berangkat,"

Mereka berangkat menuju tempat lomba diadakan, berada di tanah halaman dekat rumah Mbah Mul. Sudah banyak yang menunggu di sana, berlarian dan saling bertegur sapa. Bara sudah tidak sabar lagi. Bara memang sudah berencana ikut semua lomba. Ia janjian dengan Renan, Katon, dan semua teman yang akan hadir.

"Bar, ayo main kejar-kejaran. Siapa yang bisa ngejar aku, dia menang," seru Katon menyambut kedatangan Bara. Mereka lalu kejar-kejaran, mengelilingi rumah Mbak Desty. Lalu, sesekali menatap sawah ada ayam berkeliaran. Asyik sekali sampai lupa rencana awal untuk lomba.

"Ayo adik-adik. Segera berkumpul. Lombanya akan segera dimulai. Kita lomba mewarnai dahulu ya," seru Mbak Nita

"Ayo, Bar. Kumpul dulu," ajak Renan.

                "Ayo, aku sudah bawa pensil warna dan crayon."

                Mbak Nita dibantu Mas Moses mulai membagikan selembar kertas dengan gambar yang siap diwarnai. Mereka diminta mewarnai gambar itu. Bebas, warna apa saja yang penting waktunya Cuma 15 menit dan kalau sudah selesai langsung dikumpulkan.

                "Bar, aku haus. Kau haus tidak?"

                "Ayo, minum. Pasti masih lama ini,"

                Setelah selesai mewarnai gambar dengan tema natal itu. Mereka bergegas menuju tempat air minum. Sudah disediakan air minum dan makanan ringan. Ada gorengan. Ada juga kerupuk yang siap dimakan. Semua itu dipersiapkan oleh Mbak Priska. Sejak pagi, sebelum semua persiapan lomba datang, ternyata Mbak Priska sudah membawa banyak makanan.

***

                "Adik-adik, selanjutnya kita akan lomba tebak kata. Kalian harus memperhatikan ciri-ciri kata yang Mas Alen sebutkan," ujar Mas Alen.

                "Siap, Mas" jawab mereka semua kompak.

                Waktu terus berjalan. Kata demi kata diungkapkan, tapi hanya dengan ciri-cirinya saja. Perlombaan menjadi semakin menyenangkan, bagi yang menikmati dan menang. Selain itu, nampak juga beberapa orang tua datang. Mereka asyik mengobrol, soal natal, soal capaian hidup, dan apa saja, termasuk prestasi anak-anak mereka. Mungkin, itu menjadi alasan beberaps teman tidak datang. Malas meladeni percakapan yang tidak perlu. Percakapan dan pertanyaan memojokkan. Seolah ini harus berhasil terus, dilarang untuk gagal.

                Pak Yuswan mengungkapkan sesuatu, "natalan besok bagaimana ini ? Jadinya di tempat siapa ? Kita sudah lama tidak kumpul ya, kalau pergi-pergi saja bagaimana ? Masa natalan cuma di kampung terus ? Apa tidak bosan ?" ucapnya sambil meneguk segelas minuman.

                Seorang pemuda menjawab, "pengennya jalan-jalan, Pak. Tapi pada tidak mau, mahal dan lelah nanti. Kalau jalan-jalan, paling tidak kerja bakti tidak perlu. Lagian, kalau kerja bakti hanya itu-itu saja dan melelahkan, setelah acara selesai, tidak ada yang mau membantu," ucapnya tanpa ragu.

                Percakapan itu menarik perhatian tua-tua, mereka yang datang menemani cucu untuk berlomba juga mendengar dan ikut berkomentar.

                "Kalau jalan-jalan, nanti kami tidak bisa ikut. Kalau pergi sekarang banyak virus juga. Siapa tahu nanti malah pulang membawa virus. Tidak jadi membawa sukacita. Natalan ya sederhana saja, Yesus lahir di kandang domba. Malah kita ribut perayaannya," seorang berambut putih berusaha menutup pembicaraan.

***

                "Ini lomba terakhir ya, setelah ini kita berdoa dan pulang," kata Mbak Nita sambil merapikan tali.

                "Mbak, tapi katanya ada lomba makan kerupuk sama tampar air ? Apa tidak jadi itu ?"

                "Ini sudah sore adik, besok lagi bagaimana ?"

                "Sekalian saja, Mbak. Ini seru sekali, kami senang bisa mainan,"

                Beberapa pemuda lalu membeli tali untuk mengikat kerupuk. Semua dipersiapkan dengan cepat, bahkan untuk tampar air juga sudah siap plastiknya. Ada tiga babak dalam lomba makan kerupuk dan tampar air. Tapi, beberapa anak sudah ada yang pulang. Entah karena menangis atau memang sudah lelah.

                "Mbak, kami sudah siap. Ayo lombanya dimulai saja," ujar Renan.

                "Baik. Hitung bersama-sama ya. Satu, dua, tigaaaa.." mereka menghitung dan berlarian menuju plastik yang sudah ditali. Suasana ramai sekali. Ada musik yang menemani. Tepuk tangan mereka yang datang dan teriakan teman-teman yang lain.

***

                "Ayo, adik-adik. Kita berdoa dan pulang. Sudah sore ini, besok kalian harus sekolah. Tugas sekolahnya jangan lupa dikerjakan yaa," Mas Moses mengajak adik-adik untuk berkumpul.

                "Ayo, Bar. Sudah mau selesai, aku sudah basah ini. Dingin rasanya," Renan mengajak Bara.

                "Sebentar, tadi aku meletakkan sandalku dimana ya, kok tidak ada."

                "Tadi di samping air minummu, ada pewarnamu juga di sana. Makanya, buruan."

                Mereka bergegas menuju tempat berkumpul. Bernyanyi bersama dan berdoa. Untuk menutup acara, masih saja ada yang mainan air untuk menghujani mereka. Seolah belum puas dengan perlombaan yang dimulai sejak tadi pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun