"Bar, aku haus. Kau haus tidak?"
        "Ayo, minum. Pasti masih lama ini,"
        Setelah selesai mewarnai gambar dengan tema natal itu. Mereka bergegas menuju tempat air minum. Sudah disediakan air minum dan makanan ringan. Ada gorengan. Ada juga kerupuk yang siap dimakan. Semua itu dipersiapkan oleh Mbak Priska. Sejak pagi, sebelum semua persiapan lomba datang, ternyata Mbak Priska sudah membawa banyak makanan.
***
        "Adik-adik, selanjutnya kita akan lomba tebak kata. Kalian harus memperhatikan ciri-ciri kata yang Mas Alen sebutkan," ujar Mas Alen.
        "Siap, Mas" jawab mereka semua kompak.
        Waktu terus berjalan. Kata demi kata diungkapkan, tapi hanya dengan ciri-cirinya saja. Perlombaan menjadi semakin menyenangkan, bagi yang menikmati dan menang. Selain itu, nampak juga beberapa orang tua datang. Mereka asyik mengobrol, soal natal, soal capaian hidup, dan apa saja, termasuk prestasi anak-anak mereka. Mungkin, itu menjadi alasan beberaps teman tidak datang. Malas meladeni percakapan yang tidak perlu. Percakapan dan pertanyaan memojokkan. Seolah ini harus berhasil terus, dilarang untuk gagal.
        Pak Yuswan mengungkapkan sesuatu, "natalan besok bagaimana ini ? Jadinya di tempat siapa ? Kita sudah lama tidak kumpul ya, kalau pergi-pergi saja bagaimana ? Masa natalan cuma di kampung terus ? Apa tidak bosan ?" ucapnya sambil meneguk segelas minuman.
        Seorang pemuda menjawab, "pengennya jalan-jalan, Pak. Tapi pada tidak mau, mahal dan lelah nanti. Kalau jalan-jalan, paling tidak kerja bakti tidak perlu. Lagian, kalau kerja bakti hanya itu-itu saja dan melelahkan, setelah acara selesai, tidak ada yang mau membantu," ucapnya tanpa ragu.
        Percakapan itu menarik perhatian tua-tua, mereka yang datang menemani cucu untuk berlomba juga mendengar dan ikut berkomentar.
        "Kalau jalan-jalan, nanti kami tidak bisa ikut. Kalau pergi sekarang banyak virus juga. Siapa tahu nanti malah pulang membawa virus. Tidak jadi membawa sukacita. Natalan ya sederhana saja, Yesus lahir di kandang domba. Malah kita ribut perayaannya," seorang berambut putih berusaha menutup pembicaraan.