Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petani Muda dan Kemudahan Akses Pupuk

5 November 2022   15:50 Diperbarui: 5 November 2022   15:54 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Petani Muda dan Kemudahan Akses Pupuk

Yudha Adi Putra

Ketua BEM Fakultas Teologi UKDW

Duta Bahasa 2019

Penulis Esai, Puisi, dan Cerpen

Minat generasi muda untuk bertani perlu diapresiasi. Dalam konteks wilayah Sleman, tahun 2022 muncul Gerakan Tani Muda. Gerakan itu memberikan wadah bagi petani muda untuk saling mendukung dalam bertani.

Persoalan bertani bagi generasi muda merupakan persoalan yang kompleks. Ada pandangan masyarakat yang merendahkan profesi sebagai petani menjadi hambatan tersendiri. Akan tetapi, kebutuhan pangan lokal semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk.

Tentu tidak hanya mengandalkan impor pangan saja. Perkembangan petani muda harus didukung. Perjuangan petani muda beragam karena melawan stigma masyarakat hingga memberikan kontribusi terbaik bagi ketersediaan pangan lokal. Sektor pangan merupakan sektor yang vital di Indonesia. 

Apalagi, masyarakat umum memiliki ketergantungan untuk mengkonsumsi beras. Menurut BPS, produksi beras pada tahun 2022 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 32,07 juta ton. Kondisi itu mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras di tahun 2021 yang hanya sebesar 31,36 juta ton. 

Itu berarti konsumsi berat meningkat sejak pandemi berlangsung. Untuk memperoleh ketersediaan besar, tentu peran petani menjadi penting. Persoalan petani harus diperhatikan, terutama apresiasi kepada petani muda dalam berbagai bentuk inovasinya.

Pandangan Mengenai Petani

Petani menjadi pekerjaan kurang bergengsi dalam pandangan generasi muda. Ketika ditanya cita-cita, tentu menjadi petani tidak akan diucapkan. Menariknya, petani sendiri merupakan potensi penting dalam kedaulatan pangan. 

Sangat disayangkan ketika mereka yang menjadi petani tidak ingin anaknya menjadi petani. Petani diidentikan sebagai pekerjaan yang kotor, penuh risiko. Kalau gagal panen, tentu tidak mendapatkan apa-apa. Pekerjaan menjadi petan juga tidak bisa lepas dari persoalan ketersediaan pupuk. 

Pupuk menjadi komponen pendukung dalam pertanian. Kemudahan akses pupuk bagi petani harus diperjuangkan. Persoalan pupuk dan cara mendapatkannya memang menjadi persoalan serius bagi petani, tidak terkecuali petani muda. 

Kemudahan teknologi dan akses informasi yang cepat harus menjadi cara untuk mendapatkan pupuk. Akan tetapi, kepentingan politik hingga dinamika persaingan yang tidak sehat sering menimbulkan persoalan. Gambaran pergumulan petani seperti itu menjadikan pekerjaan sebagai petani tidak mudah. 

Menjadi petani tidak diminati oleh generasi muda. Sudah sebaiknya, ketika ada generasi muda yang mau menjadi petani dengan sepenuh hati ada apresiasi, terutama berkaitan dengan ketersediaan pupuk. Persoalan pupuk memang menjadi bayang-bayang dalam pertanian, generasi muda perlu bekerja sama untuk mendapatkan pupuk. 

Keberlansungan proses pertanian menjadi penting untuk upayakan. Bertani adalah melawan berbagai bentuk dominasi, termasuk gambaran yang meremehkan petani. Petani menjadi dasar penting dalam kedaulatan pangan, tentu dalam kemudahan akses pupuk perlu diupayakan.

Kemudahan Akses Pupuk

Pupuk bersubsidi keberadaannya terbatas, kalau pupuk yang nonsubsidi harganya mahal. Belum lagi, ketika ada permainan distribusi pupuk. Itu menjadi persoalan yang dihadapi petani ketika mendapatkan pupuk. Kemudahan akses pupuk perlu memperhatikan kepentingan petani muda.

Soal ketersediaan pupuk subsidi perlu ada kejelasan dan pemetaan. Ketika ada transparansi, tentu memberikan kenyamanan dalam petani muda bertani. Ketersediaan pupuk dan realisasi distribusi perlu mendapatkan perhatian. 

Problem lain yang muncul berkaitan dengan kemudahan akses pupuk adalah praktik pembagian pupuk. Kemudahan akses pupuk yang dirasakan petani sebenarnya bukan hanya menjadi bentuk kepedulian pada petani. 

Dalam kemudahan akses pupuk itu ada kemudahan dan kemampuan masyarakat dalam mendapatkan akses untuk bahan pangan. Ketika petani mudah mendapatkan pupuk. Maka dalam bertani akan lebih mudah, itu memunculkan potensi lebih besar terhadap kedaulatan pangan. 

Dasar penting dalam kemudahan akses pupuk adalah untuk kedaulatan pangan. Petani muda harus didukung dan diberikan tawaran alternatif dalam kemudahan akses pupuk. 

Potensi untuk berdaya dalam mengembangkan pupuk secara mandiri juga dapat menjadi pilihan. Sehingga ketergantungan pada pupuk bersubsidi dapat dikendalikan. Itu menjadi potensi penting untuk petani muda berdaulat dalam mempersiapkan bahan pangan bagi bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun