Petani menjadi pekerjaan kurang bergengsi dalam pandangan generasi muda. Ketika ditanya cita-cita, tentu menjadi petani tidak akan diucapkan. Menariknya, petani sendiri merupakan potensi penting dalam kedaulatan pangan.Â
Sangat disayangkan ketika mereka yang menjadi petani tidak ingin anaknya menjadi petani. Petani diidentikan sebagai pekerjaan yang kotor, penuh risiko. Kalau gagal panen, tentu tidak mendapatkan apa-apa. Pekerjaan menjadi petan juga tidak bisa lepas dari persoalan ketersediaan pupuk.Â
Pupuk menjadi komponen pendukung dalam pertanian. Kemudahan akses pupuk bagi petani harus diperjuangkan. Persoalan pupuk dan cara mendapatkannya memang menjadi persoalan serius bagi petani, tidak terkecuali petani muda.Â
Kemudahan teknologi dan akses informasi yang cepat harus menjadi cara untuk mendapatkan pupuk. Akan tetapi, kepentingan politik hingga dinamika persaingan yang tidak sehat sering menimbulkan persoalan. Gambaran pergumulan petani seperti itu menjadikan pekerjaan sebagai petani tidak mudah.Â
Menjadi petani tidak diminati oleh generasi muda. Sudah sebaiknya, ketika ada generasi muda yang mau menjadi petani dengan sepenuh hati ada apresiasi, terutama berkaitan dengan ketersediaan pupuk. Persoalan pupuk memang menjadi bayang-bayang dalam pertanian, generasi muda perlu bekerja sama untuk mendapatkan pupuk.Â
Keberlansungan proses pertanian menjadi penting untuk upayakan. Bertani adalah melawan berbagai bentuk dominasi, termasuk gambaran yang meremehkan petani. Petani menjadi dasar penting dalam kedaulatan pangan, tentu dalam kemudahan akses pupuk perlu diupayakan.
Kemudahan Akses Pupuk
Pupuk bersubsidi keberadaannya terbatas, kalau pupuk yang nonsubsidi harganya mahal. Belum lagi, ketika ada permainan distribusi pupuk. Itu menjadi persoalan yang dihadapi petani ketika mendapatkan pupuk. Kemudahan akses pupuk perlu memperhatikan kepentingan petani muda.
Soal ketersediaan pupuk subsidi perlu ada kejelasan dan pemetaan. Ketika ada transparansi, tentu memberikan kenyamanan dalam petani muda bertani. Ketersediaan pupuk dan realisasi distribusi perlu mendapatkan perhatian.Â
Problem lain yang muncul berkaitan dengan kemudahan akses pupuk adalah praktik pembagian pupuk. Kemudahan akses pupuk yang dirasakan petani sebenarnya bukan hanya menjadi bentuk kepedulian pada petani.Â
Dalam kemudahan akses pupuk itu ada kemudahan dan kemampuan masyarakat dalam mendapatkan akses untuk bahan pangan. Ketika petani mudah mendapatkan pupuk. Maka dalam bertani akan lebih mudah, itu memunculkan potensi lebih besar terhadap kedaulatan pangan.Â