Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kepedulian dan Stigma Penyakit Kusta

12 Oktober 2022   21:26 Diperbarui: 12 Oktober 2022   21:36 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergilah, Kepedulianmu Telah Menyelamatkan Engkau ! 

Tulisan Yudha Adi Putra

Lomba Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta

Pengantar

Penyakit kusta saat ini mengalami perkembangan, termasuk dalam pandangan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta. Menjadi agen perubahan menuju Indonesia bebas kusta tidak bisa dilakukan tanpa bantuan tahap sebelumnya, tahapan kepedulian. 

Tahapan kepedulian dengan metode yang sudah berkembang itu kemudian dilanjutkan dengan bagaimana merekontruksi pandangan terhadap penyakit kusta. 

Peran kampus dan mahasiswa sebagai generasi pembawa perubahan dalam upaya Indonesia bebas kusta menjadi potensi penting. Keberadaan penyakit kusta beserta stigma masyarakat dapat ditinjau dari berbagai segi seperti agama, sosial, kesehatan, bahkan moral etis. 

Dalam tulisan ini, saya berusaha membaca kembali narasi bagaimana pandangan bagi mereka yang menderita penyakit kusta, terutama pada kontruksi pandangan dan alasan yang membersamainya. Akan tetapi, saya akan mengawalinya dengan melihat pengalaman penderita penyakit kusta dengan pandangannya terhadap penyakit kusta..

Mengapa Penyakit Kusta Mendapatkan Stigma ?

Dalam masyarakat sering diceritakan bagaimana penderita penyakit kusta berjumpa dengan penolakan. Kondisinya ada orang banyak yang sering memiliki anggapan buruk terhadap penyakit kusta. Penderita penyakit kusta diceritakan sebagai kondisi yang memprihatinkan sehingga memerlukan belas kasihan. Awalnya, banyak orang menolak ketika ada penderita penyakit kusta di sekitarnya. Tetapi, malah membuat kondisi penderita penyakit kusta menjadi semakin buruk. 

Ada kisah menarik, dimana ketika orang menderita penyakit kusta sering dianggap dekat dengan aib dan kesalahan. Respon masyarakat menjadi bentuk kasihan, minta untuk penderita penyakit kusta dalam keterpurukan. Kuatkan hati menjadi identik dengan moral yang dihidupi. Ini menunjukkan bahwa bahwa keberadaan penyakit kusta sebagai sakit dengan dosa menunjukkan model moral. Dimana penyakit kusta dipahami sebagai akibat dari kesalahan moral, dosa, kegagalan iman, kejagatan, atau malah ujian iman. 

Banyak orang dalam merespon penyakit kusta itu memiliki anggapan demikian, dengan rasa kasihan pada penderita penyakit kusta. Bahkan, awalnya penderita penyakit kusta tidak dianggap hanya disepelekan sampai berteriak-teriak. Keberadaan penyakit kusta saat ini mulai berkembang dengan respon yang berbeda. Itu menjadi alasan tersendiri yang identik juga dengan pengharapan. 

Dalam hal ini, penderita penyakit juga memaknainya sebagai pendekatan moral. Ketika diperhadapkan dengan pengharapan kesembuhan dari penyakit kusta.

Apa yang Penderita Penyakit Kusta Inginkan ?

Dalam merespon keberadaan mereka yang menderita penyakit kusta, kita tidak langsung memberikan pendekatan moral juga. Menarik untuk memperhatikan percakapan respon kita dengan penderita penyakit kusta. Kita perlu bertanya dahulu pada penderita penyakit kusta. Ada upaya untuk memanusiakan manusia. Adanya pertanyaan bagi penderita penyakit kusta ini menunjukkan bagaimana kita merespon dengan baik apa yang menjadi keberadaan penderita penyakit kusta. 

Dalam hal ini, ada upaya merubah pandangan tertentu pada penderita penyakit kusta. Selanjutnya, penderita penyakit kusta dengan kesadaran berdialog untuk kesembuhan secara stigma dari kita. 

Dapat pulih secara fisik menjadi harapan penderita penyakit kusta. Ada bentuk upaya medis. Pendekatan yang digunakan menjadi memperhatikan bahwa penderita penyakit kusta itu sebagai penyakit yang bisa berubah menjadi sembuh. Dari tidak bisa melihat menjadi bisa melihat. Ini menjadi identik dengan pendekatan model medis. 

Dalam pandangan Olkin (2002), model medis melihat kalau disablitas merupakan akibat dari kegagalan sistem tubuh yang dikategorikan sebagai abnormal dan patogis. Menarik untuk merefleksikan model medis dalam perkembangan saat ini. Ada banyak upaya dilakukan untuk merespon penderita penyakit kusta, termasuk mengharapkan mereka dapat menjadi normal pada umumnya, menurut standar normal masyarakat umum.

Stigma Buruk Perlu Perubahan !

Keberadaan penderita penyakit kusta mengalami banyak pembatasan peran. Penderita penyakit kusta hanya bisa menantikan kepulihan dan pertolongan. Keberadaan yang demikian juga memberikan gambaran bagaimana konteks sosial. Upaya pemulihan secara sosial atas peran penderita penyakit kusta dalam kondisinya sebagai adanya menjadi hal penting yang perlu kita lakukan.. 

Daya ubah ini menjadi penting dalam melihat kisah penderita penyakit kusta dalam pandangan lebih baik. Ketika diperhatikan, keberadaan penderita penyakit kusta sering mengalami kondisi yang tidak dimanusiakan. Dalam kisahnya, penderita penyakit kusta. 

Banyak orang menyuruh penderita penyakit kusta untuk diam. Kediaman penderita penyakit kusta menjadi kondisi dimana ada kesenjangan dimana penderita penyakit kusta sebagai kondisi yang memalukan dan orang lain yang normal sesuai kondisi masyarakat. Tetapi, itu menjadi bagian juga dalam melihat respon kita. 

Perlu kita memberikan ruang, penderita penyakit kusta dapat berdaya juga. Ada pendekatan dalam model solidaritas yang perlu diterapkan untuk merespon penderita penyakit kusta. 

Menariknya, model solidaritas berusaha untuk menyatukan penderita penyakit kusta dan orang yang normal. Poin penekanannya pada tidak mensyaratkan otonomi dan kemandirian seperti pada model sosial. Dalam kisah, ada upaya memanusiakan penderita penyakit kusta yang mengalami keterpurukan oleh masyarakat dengan diberikan kesempatan.

Pergilah Kepedulianmu telah Menyelamatkan Engkau !

Dalam merekontruksi pandangan terhadap penderita penyakit kusta, ada juga pendekatan terhadap penderita penyakit kusta. Menariknya, ada empat yang terdiri dari model moral, model medis, model sosial, dan model solidaritas. Ketika merespon penderita penyakit kusta kita perlu berusaha memanusiakan penderita penyakit kusta. Kita tidak bisa hanya menerima pendekatan model moral.

Peran dan tidakan kita sebaiknya memakai model medis dengan membuat penderita penyakit kusta dapat melihat banyaknya kemungkinan. Kita perlu juga memperhatikan model sosial, dimana perannya sebagai penderita penyakit kusta yang sering memiliki banyak pembatasan. 

Pandangan terhadap penderita penyakit kusta perlu diperbahaui, kita juga memberikan pendekatan solidaritas dimana tidak langsung membuat penderita penyakit kusta pulih. Akan tetapi, memberikan pertanyaan apa yang dikehendaki oleh penderita penyakit kusta. Hingga akhirnya, pergilah kepedulianmu telah menyelamatkan engkau, menjadi ungkapan yang diterima oleh penderita penyakit kusta dan bisa bebas dari stigma buruk.

#menulisuntukkusta,kenapatidak?

#SUKA

#NLRxKBR

#LombaNLRxKBR

#IndonesiaBebasKusta

#menulisuntukkusta

#SuaraUntukIndonesiaBebasKusta

#janganlupakankusta

#hinggakitabebasdarikusta

#perlukuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun