Pergilah, Kepedulianmu Telah Menyelamatkan Engkau !Â
Tulisan Yudha Adi Putra
Lomba Suara Untuk Indonesia Bebas Kusta
Pengantar
Penyakit kusta saat ini mengalami perkembangan, termasuk dalam pandangan masyarakat terhadap penderita penyakit kusta. Menjadi agen perubahan menuju Indonesia bebas kusta tidak bisa dilakukan tanpa bantuan tahap sebelumnya, tahapan kepedulian.Â
Tahapan kepedulian dengan metode yang sudah berkembang itu kemudian dilanjutkan dengan bagaimana merekontruksi pandangan terhadap penyakit kusta.Â
Peran kampus dan mahasiswa sebagai generasi pembawa perubahan dalam upaya Indonesia bebas kusta menjadi potensi penting. Keberadaan penyakit kusta beserta stigma masyarakat dapat ditinjau dari berbagai segi seperti agama, sosial, kesehatan, bahkan moral etis.Â
Dalam tulisan ini, saya berusaha membaca kembali narasi bagaimana pandangan bagi mereka yang menderita penyakit kusta, terutama pada kontruksi pandangan dan alasan yang membersamainya. Akan tetapi, saya akan mengawalinya dengan melihat pengalaman penderita penyakit kusta dengan pandangannya terhadap penyakit kusta..
Mengapa Penyakit Kusta Mendapatkan Stigma ?
Dalam masyarakat sering diceritakan bagaimana penderita penyakit kusta berjumpa dengan penolakan. Kondisinya ada orang banyak yang sering memiliki anggapan buruk terhadap penyakit kusta. Penderita penyakit kusta diceritakan sebagai kondisi yang memprihatinkan sehingga memerlukan belas kasihan. Awalnya, banyak orang menolak ketika ada penderita penyakit kusta di sekitarnya. Tetapi, malah membuat kondisi penderita penyakit kusta menjadi semakin buruk.Â
Ada kisah menarik, dimana ketika orang menderita penyakit kusta sering dianggap dekat dengan aib dan kesalahan. Respon masyarakat menjadi bentuk kasihan, minta untuk penderita penyakit kusta dalam keterpurukan. Kuatkan hati menjadi identik dengan moral yang dihidupi. Ini menunjukkan bahwa bahwa keberadaan penyakit kusta sebagai sakit dengan dosa menunjukkan model moral. Dimana penyakit kusta dipahami sebagai akibat dari kesalahan moral, dosa, kegagalan iman, kejagatan, atau malah ujian iman.Â