Mohon tunggu...
Huzer Apriansyah
Huzer Apriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Pada suatu hari yang tak biasa

Belajar Menulis Disini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mungkinkah Sekolah Berstandar Internasional di Pedesaan?

18 Januari 2021   09:30 Diperbarui: 18 Januari 2021   11:18 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sebagai negara yang begitu beragam secara, budaya, sosiologis dan geografis tentu sebuah keberkahan tersendiri. Tetapi, pada kondisi tertentu juga merupakan tantangan tersendiri. Misal saja dalam konteks pemerataan kualitas pendidikan.

Ada jarak kualitas antara pendidikan di perkotaan dan perdesaan, bahkan antara kota besar dan kota sedang saja, beda kualitas tersebut terasa nyata. Tentu banyak faktor yang menjadi penyebab diferensiasi kualitas pendidikan yang diwakili oleh kualitas sekolah-sekolah di berbagai daerah tersebut.

Bagi mereka yang ada di kota-kota besar, macam, Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta atau Medan, bisa jadi dengan mudah menemukan sekolah yang berstandar tinggi, bahkan banyak sekolah yang menawarkan standar pendidikan berskala internasional, tapi di kota-kota kecil atau bahkan di kawasan perdesaan, mungkin akan sangat sulit menemukan sekolah berstandar internasional.

Lantas, mungkinkah kawasan-kawasan perdesaan di negeri kita ini bisa menikmati layanan sekolah berstandar internasional? Kalau saja kita bisa membalik keadaan, dimana layanan pendidikan berstandar internasional justru hadir di desa-desa, sebuah revolusi pendidikan akan terjadi. Tapi, pertanyaannya mungkinkah? Kalau dipikir sepintas, rasa-rasanya sulit sekali mewujudkan ini, ada faktor sumber daya manusia, infrastruktur, financial dan sebagainya yang akan mempengaruhi.

Tapi, tiba-tiba optimisme saya menyala kembali manakala, dua hari lalu (16/01) menghadiri sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh UNESCO IITE dan UNESCO INRULED (International Research and Training Center for Rural Education). Tema yang diangkat pun begitu relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia. 

Saya benar-benar terkesan dan terfokus pada sesi "Tantangan dan Dampak Pembelajaran Daring  di Perdesaan" yang disampaikan oleh Dhruv Patel, CEO Nisai Education yang berbasis di Inggris dan merupakan mitra UNESCO dalam mendorong capaian-capaian sector pendidikan dalam MDGs. Nisai Education juga merupakan penyedia layanan Nisai Virtual Academy (NVA), satu-satunya sekolah online yang berkejasama secara formal dengan Cambridge Education.

Dengan pengalaman 25 tahun, Nisai telah melayani siswa-siswa di berbagai negara khususnya di daerah perdesaan. Dengan memadukan standar pengajaran berkualitas, teknologi yang relatif sederhana, dan guru-guru bersertifikat internasional dan berdedikasi, ternyata mampu hadir sebagai solusi pendidikan berkualitas bagi anak-anak di semua wilayah, tanpa batasan geografis, selama akses internet tanpa perlu bandwitch yang terlalu tinggi ada di wilayah tersebut, maka sekolah internasional bisa diakses oleh anak-anak.

Hal yang ingin saya sampaikan tentu bukan soal NISAI sebagai institusi, melainkan strategi dan metode yang mereka gunakan yang memungkinkan anak-anak di perdesaan mendapatkan layanan sekolah berstandar internasional. Apa saja kunci sukses Nisai yang bisa kita replikasi untuk Indonesia:

Blended learning atau perpaduan antara pendidikan daring dan pendidikan tatap muka fisik merupakan kata kunci. Nisai mensentralisasi layanan daring mereka dari UK dan beberapa sentral pembelajaran dari di Negara-negara seperti Jepang dan Brunei di kawasan Asia. Pembelajaran yang diberikan secara online ini benar-benar memperhatikan aspek keselamatan dan perlindungan terhadap anak, maka mereka tidak menyediakan video selama proses pembelajaran langsung melalui platform digital. 

Ini berbeda dengan praktik pembejalaran online kita selama ini, dimana video conference menjadi hal yang sangat lazim dan lumrah dilakukan oleh sekolah, padahal ada potensi dimana anak berada pada titik rentan ketika orang lain bisa mengakses video live mereka. Hal-hal detail semacam ini oleh Nisai benar-benar diperhatikan melalui safeguard policy yang sangat ketat.

Di samping pembalajaran melalui platform digital, instrumen penting dalam blended learning adalah tatap muka langsung yang memerhatikan protocol kesehatan. Nisai menyebutnya Nisai Learning Hub,dimana sekolah-sekolah atau pusat kursus konvensional dijadikan mitra mereka untuk aktifitas-aktifitas yang membutuhkan tatap muka. Tentu sekolah-sekolah mitra telah disiapkan sedemikian rupa.

Setiap anak yang mengikuti pembelajaran mereka, kemudian bisa mengikuti examination yang diselenggarakan oleh Cambridge, artinya setiap anak akan memiliki skualifikasi internasional. 

Imajinasi kita jika bicara soal kualifikasi internasional, tentu akan langsung foksu pada pendidikan berbiaya tinggi, tetapi ternyata tidak demikian, Nisai membuktikan pendidikan bestandar internasional tak harus mahal, teknologi dan kreatifitas telah meruntuhkan tembok bernama "pendidikan mahal", bahkan cukup dengan dana BOS (Bantuan operasional sekolah) anak-anak Indonesia berkesempatan mendapatkan pendidikan berkualifikasi internasional, tanpa membuat anak-anak tercerabut dari nilai-nilai lokal.

Dunia yang berubah seiring pandemi serta tuntutan kualitas pendidikan, sudah sepatutnya membuat stakeholders pendidikan di Indonesia harus mencari solusi yang benar-benar terpadu dan jangka panjang. Model pembelajaran a la Nisai Virtual Academy (nisai.com) bisa dijadikan salah satu pola solusi bagi pendidikan kita. Apapun tantangan, kita tak boleh menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun