Mohon tunggu...
Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan
Perkumpulan Independen Komunitas Temanggungan Mohon Tunggu... -

PIKATAN adalah organisasi sosial yang didirikan oleh masyarakat sipil Temanggung, dengan badan hukum perkumpulan. PIKATAN bersifat terbuka dan memperlakukan setara setiap pihak dari berbagai ras, suku, agama, warna kulit, aliran politik, gender, latar belakang sosial ekonomi dari seluruh warga masyarakat Temanggung untuk menjadi anggota, pengurus, mitra kerja maupun untuk mengambil peran dalam organisasi ini dalam rangka memajukan tujuan pembentukan http://www.facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000971503968&ref=profile PIKATAN.http://pikatan.wordpress.com. millist pikatan@googlegroups.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kodok Temanggungan

24 Mei 2010   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar pertanyaan ini, kodok laut tertawa ngakak. “Haha….kamu ini bagaimana sih, mosok telaga kecil ini dibandingkan dengan laut yang luas?

Merasa diledek, kodok telaga lantas bertanya, apakah luasnya laut bisa dijangkau dengan beberapa lompatan dan renang seperti di telagaku ini? Sang kodok laut kembali mengejek. “Kamu keterlaluan. Sempit sekali pikiranmu. Laut itu luas, kalau kamu berenang menyeberang pasti tak akan kuat.”

Merasa terhina, sang kodok telaga lantas marah lantas berujar kepada teman-temannya, “bunuh dia. Dia pembohong, kita dihina karena telaga kita dianggap sempit.”

Akhirnya kodok laut mati dikeroyok kodok telaga.

Kalau ilustrasinya demikian, maka kodok bukan saja makhluk yang pasif, melainkan juga sempit dalam berpikir, tidak berwawasan dan reaksioner. Kodok telaga tentu saja dengan segenap kebodohannya akan bersikap baik manakala kodok laut bisa mengambil hati dengan mengatakan laut lebih sempit dari telaga. Sialnya, kejujurannya kodok pesisir itu akhirnya harus mati ditangan kodok pedalaman yang cupet pikirannya.

Semua jadi rugi. Kodok pedalaman tak mendapatkan ilmu dari kodok pesisir yang gemar merantau. Sedangkan kodok pesisir hanya ketiban sial karena mau-maunya terbuka di pedalaman.

Kalau kita tafsirkan lebih kontemporer, anekdot tersebut mengambarkan fenomena kehidupan budaya, sosial, ekonomi, politik, pemikiran dan etos kerja di era sekarang ini, terutama kita, para kodok pedalaman yang hidupnya terbatas pada telaga. Kalau kita lihat dari satelit internet, peta Temanggung memang berada dalam cekungan yang dikelilingi gunung-gunung. Seperti sebuah telaga, Temanggung adalah tempatnya kaum kodok menjalani kehidupan.

Analog itu bisa kita tafsirkan lebih luas lagi sebagai cermin absolutisme prinsip hidup dan tentu saja mentalitas. Benar bahwa manusia dengan kodok itu berbeda, tetapi orang-orang pedalaman yang hidup dalam dunia agraris sangat cupet berpikir dan dari alam bawah sadar merasa dunianya lebih luas daripada laut.

Kultur agraris

Kita bisa membuktikan secara ilmiah dari pandangan sejarahwan Dr Kuntowidjoyo (1984). Katanya, “Perbedaan khas antara golongan petani dengan golongan pengusaha (yang banyak mendominasi kehidupan di pesisir pantai utara Jawa) adalah bahwa petani itu mempunyai cara berpikir yang statis. Kreativitasnya sangat kurang sebagai akibat ketergantungannya kepada cuaca, musim, dan kepada tanah. Ekologi desa menyebabkan petani tidak progresif.”

Lalu mari kita simak pendapat Antropolog Koentjaraningrat (1963): “Mentalitas petani tidak terbiasa berspekulasi tentang hakekat hidup, dari karya dan hasil karya manusia, dan apabila mereka kita tanyai mengenai hal-hal itu, maka mereka akan melihat terheran-heran dan akhirnya mengajukan jawaban yang amat logis, ialah bahwa manusia itu bekerja keras untuk mendapat makan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun