Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Bos, Anda Juga Kerja Dong Ah!!!

12 April 2011   01:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat si Boss yang bisanya hanya menyuruh, terkadang bikin kesal. Semua pekerjaan dilimpahkan ke anak buah. Sedang dia sendiri hanya duduk manis di depan komputer, pura-pura sibuk. Padahal lagi browsing internet atau sedang nonton film panas kayak anggota Depeer, sungguh bikin nyesek aja kelakuan beliau di mata kita yang jadi bawahannya.

Mau ngomong atau menasehati, ada rasa tidak enak dan takut, andai teguran atau nasehat kita malah menjadi bumerang dikemudian hari yang bisa mengakibatkan terhambatnya karir atau dimutasi ke tempat yang tidak nyaman. Bahkan kemungkinan terburuknya yaitu dipecat dari perusahaan karena si boss tidak suka dengan nasehat kita yang ditangkap olehnya sebagai serangan atas eksistensi dan jabatannya di perusahaan tersebut.

Kalau tidak ditegur, kitanya sendiri yang merasakan kerepotan dari ulahnya itu. Masa anak buah banting tulang dan  kerja keras mengeluarkan tenaga serta memeras pikiran untuk mengeluarkan ide-ide bagi kemajuan bersama, lah ini si boss malah enak-enakan menggunakan pontensi orang lain tanpa dia berpikir atau bertindak menurut potensi yang dia punya. Sehingga perusahaan mau membayar lebih dari karyawan lainnya. Tentunya hal itu menimbulkan kecemburuan, kekecewaan dan kekesalan pada bawahan.

Mengingat tentang sifat atasan, saya jadi ingat kisah dulu. Saat kerja di pabrik sebagai orang produksi, sebelum kerja di kantoran seperti saat ini. Ada seorang manajer dari Jepang yang membuat saya kagum. Dia itu sangat bertanggungjawab dengan jabatannya, hingga tak malu atau gengsi untuk turun ke lapangan mengecek proses jalannya produksi secara langsung. Dia tidak segan belepotan oli memeriksa hasil kerja kami di lapangan. Sehingga membuat kami merasa sangat respek terhadapnya, karena dia menempatkan diri dia sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Namun di sisi lain ada seorang manajer lokal kita. Nih manajer, jarang sekali turun ke lapangan, apalagi sampai berlepotan oli. Padahal dia ini harusnya sering turun ke lapangan karena jabatannya adalah manajer produksi. Andai turun ke lapanganpun karena terpaksa, akibat intruksi dari orang Jepang itu. Hingga karena sikapnya yang begitu, membuat tak ada sedikitpun respek yang baik dari anak buah. Kami merespek beliau dikarenakan rasa takut atau hanya politik cari muka, bukan murni respek karena kinerjanya yang brilian.

Dan ketika saya masuk ke dalam dunia 'kantor', ternyata sama saja, ada orang-orang yang setipe dengan si manajer produksi tadi. Atasan hanya bisa manjang-manjangin telunjuk untuk memerintah tapi tidak bisa manjangin kreativitas untuk pekerjaan. Seakan-akan perusahaan itu miliknya sendiri, padahal dia dan bawahannya sama-sama karyawan, sama-sama digaji oleh orang lain. Yang membedakannya adalah tugas dan tanggungjawab dalam perusahaan, itu saja.

Jarang kita lihat atasan yang manjangin telunjuknya untuk membuat konsep, rencana dan ide untuk kemaslahatan bersama. Padahal seharusnya, atasan adalah orang paling rajin bekerja, rajin mengeluarkan solusi, bukan rajin memindahkan pekerjaan dia pada bawahannya.

Kalau perlu atasan itu adalah orang yang paling akhir keluar dari kantor.  Namun pada kenyataan, kita akan menemukan atasan yang datang terlambat, sering keluar kantor tanpa ada kejelasan, pulang lebih awal. Senang membebani bawahan dengan pekerjaan yang bukan tugas dan tanggungjawabnya hingga membuat si bawahan menjadi tidak nyaman bekerja di perusahaan itu. Tentunya kelakuan si boss ini telah melanggar 3 hal yang harus dipunyai oleh seorang atasan.

Keterampilan Bekerja

Seorang atasan harus mempunyai keterampilan bekerja, bukan hanya keterampilan mengisi posisi yang lowong di perusahaan. Karena kalau cuma pandai mengisi posisi lowong tanpa keterampilan, pastinya berduyun-duyun pelamar mencoba mengajukan diri untuk hal ini. Jika dia tidak terampil atau tidak berusaha untuk menjadikan dirinya terampil sesuai dengan yang perusahaan harapkan, pada dasarnya dia sedang mendholimi diri sendiri dan orang lain.

Kemampuan Memimpin

Atasan seharusnya mempunyai kemampuan untuk mengarahkan bawahan dan proses kerja menjadi berjalan harmonis sesuai dengan yang diminta oleh manajemen. Untuk suksesnya menjadi pemimpin, diapun harus ikut menjadi pemain dari permainan yang sedang dijalankan oleh perusahaan demi mencapai target yang sudah dicanangkan sebelumnya, bukan hanya menjadi pengawas dan komentator saja.

Kemampuan Menangani Manusia

Seorang atasan harus bisa mengakomodir keinginan bawahannya yang dalam hal ini adalah sebagai manusia adanya. Dimana seorang manusia mempunyai sifat ingin diayomi, ingin dimengerti dan ingin diberikan penghargaan atas segala jerih payahnya, sehingga tercipta suasana kondusif dalam kantor. Bukan malah menambah beban dan kekisruhan di antara anak buah, akibat ketidakmampuannya menangani sifat manusia tersebut.

Sehingga karena ketidakmampuan dalam menangani sisi manusianya, tidak jarang dalam suatu kantor ada mental gunung es dalam diri masing-masing bawahannya. Di muka seperti tidak ada malasah, di hati beribu macam unek-unek. Gunung es ini hanya tinggal menunggu waktu untuk timbul ke permukaan. Hingga jika saatnya tiba, mereka cepat-cepat mengambil kesempatan yang datang dari perusahaan lain dengan harapan mendapatkan atasan yang lebih baik dari yang sekarang, tanpa berpikir lebih jauh lagi.

Jika hal tersebut terjadi, maka dipastikan perusahaan akan mengalami yang namanya 'turn over' karyawan yang tinggi. Masuk keluar karyawan seperti orang menonton bioskop saja. Sehingga kemajuan perusahaan sulit untuk diwujudkan karena ditinggal oleh karyawan terbaiknya, disebabkan mereka tidak diikat oleh seorang pemersatu yaitu seorang pemimpin yang baik.

Selain ketidakmampuan dari berbagai aspek yang harus dimiliki oleh seorang atasan, ada lagi sikap yang tidak baik yang melekat pada manusia yaitu pandai cari muka. Coba anda perhatikan atasan kita, adakah mereka suka berlepas tangan ketika anak buah melakukan kesalahan. Mencoba cuci tangan akibat kesalahan itu, padahal anak buah salah itu juga menjadi beban yang harus ditanggung bersama oleh atasan. Tugasnya sebagai atasan untuk membina bawahan. Andai ada teguran dari manajemen, seharusnya sebagai atasan yang baik, dia adalah orang yang paling pertama membela anak buah, kalo perlu menanggung kesalahannya bukan malah sebaliknya.

Lucunya lagi jika anak buah mempunyai ide atau gagasan yang bagus, maka dengan tak tahu malunya dia mengakui ide atau gagasan itu timbulnya dari dia di depan manajemen dengan harapan bisa mendongkrak posisinya sekarang. Pastinya kita sebagai anak buah akan menjadi kesal sekali dengan kelakukan atasan tersebut. Jika ada kesalahan, kita yang disalahkan. Jika ada ide, diakui olehnya sehingga karir kita mandek karena jalannya sudah dibajak oleh dia.

Ayolah boss, jabatan itu amanah. Kalau tidak tahu apa itu amanah, mari kita bahas bersama. Amanah adalah suatu hal yang dipercayakan kepada kita untuk mengembannya. Dan suatu saat kepercayaan itu akan diminta pertanggungjawabannya. Faham?

Jika sudah faham, maka yang namanya jabatan itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Apakah pertangungjawaban itu hanya diminta oleh manajemen perusahaan saja? Ternyata tidak, karena kalau hanya dimintai oleh perusahaan saja bagaimana dengan kelakuan terhadap bawahan yang anda tutupi dari mata manajemen. Ada lagi yang akan meminta pertangungjawaban tersebut, siapa dia? Dia adalah Allah, Tuhan anda.

Maka jangan heran, jika hidup anda tidak tenang, keluarga yang tidak harmonis, sering terkena musibah yang tidak ada henti-hentinya. Mungkin itu akibat dari amanah yang tidak anda jalankan secara baik dan benar sehingga menimbulkan do'a-do'a yang tidak baik dari bawahan sehingga Tuhan mengabulkan permohonan do'a orang-orang yang teraniaya.

Oleh karena itu, mari kita bekerja sama. Anda bekerja sesuai dengan porsi anda, saya bekerja sesuai dengan porsi saya. Anda mendapat gaji yang lebih besar karena tugas dan tanggungjawab anda lebih besar dari saya. Kita tidak akan protes mengenai hal itu, karena memang begitu seharusnya.

Gimana sudah nyambung? jika sudah , maka pastinya anda tidak akan marah kalau saya berkata dengan lantang "Bos, Anda Juga Kerja Dong Ah!!!"

Tulisan Lainnya

Kuliah Sambil Kerja Adalah Sebuah Perjuangan
Lamunan di Situ Gunung, 22 April 2011
Jatuhkan Bidadari Dari Surga
Ada Fulus, Kami Infus
Lolongan Serigala
Cowok Matre = Emansipasi Juga!!! Titik
Di Puncak, Harga Segelas Kopi + Sebatang Rokok 150 Ribu
Ludahi Telunjuknya, Lalu Kita Berkelahi
Papah, Apakah Engkau Ayahku
Barung, Cerminan Kedewasaan Anak Kecil
Gara-Gara Nasi Goreng Masuk Neraka
Aku Bukan Jiwamu
Giliranku Sudah, Sekarang Giliranmu Tuhan
Nak, Kamu Telah Menjatuhkan Harga diri Mama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun