Atasan seharusnya mempunyai kemampuan untuk mengarahkan bawahan dan proses kerja menjadi berjalan harmonis sesuai dengan yang diminta oleh manajemen. Untuk suksesnya menjadi pemimpin, diapun harus ikut menjadi pemain dari permainan yang sedang dijalankan oleh perusahaan demi mencapai target yang sudah dicanangkan sebelumnya, bukan hanya menjadi pengawas dan komentator saja.
Kemampuan Menangani Manusia
Seorang atasan harus bisa mengakomodir keinginan bawahannya yang dalam hal ini adalah sebagai manusia adanya. Dimana seorang manusia mempunyai sifat ingin diayomi, ingin dimengerti dan ingin diberikan penghargaan atas segala jerih payahnya, sehingga tercipta suasana kondusif dalam kantor. Bukan malah menambah beban dan kekisruhan di antara anak buah, akibat ketidakmampuannya menangani sifat manusia tersebut.
Sehingga karena ketidakmampuan dalam menangani sisi manusianya, tidak jarang dalam suatu kantor ada mental gunung es dalam diri masing-masing bawahannya. Di muka seperti tidak ada malasah, di hati beribu macam unek-unek. Gunung es ini hanya tinggal menunggu waktu untuk timbul ke permukaan. Hingga jika saatnya tiba, mereka cepat-cepat mengambil kesempatan yang datang dari perusahaan lain dengan harapan mendapatkan atasan yang lebih baik dari yang sekarang, tanpa berpikir lebih jauh lagi.
Jika hal tersebut terjadi, maka dipastikan perusahaan akan mengalami yang namanya 'turn over' karyawan yang tinggi. Masuk keluar karyawan seperti orang menonton bioskop saja. Sehingga kemajuan perusahaan sulit untuk diwujudkan karena ditinggal oleh karyawan terbaiknya, disebabkan mereka tidak diikat oleh seorang pemersatu yaitu seorang pemimpin yang baik.
Selain ketidakmampuan dari berbagai aspek yang harus dimiliki oleh seorang atasan, ada lagi sikap yang tidak baik yang melekat pada manusia yaitu pandai cari muka. Coba anda perhatikan atasan kita, adakah mereka suka berlepas tangan ketika anak buah melakukan kesalahan. Mencoba cuci tangan akibat kesalahan itu, padahal anak buah salah itu juga menjadi beban yang harus ditanggung bersama oleh atasan. Tugasnya sebagai atasan untuk membina bawahan. Andai ada teguran dari manajemen, seharusnya sebagai atasan yang baik, dia adalah orang yang paling pertama membela anak buah, kalo perlu menanggung kesalahannya bukan malah sebaliknya.
Lucunya lagi jika anak buah mempunyai ide atau gagasan yang bagus, maka dengan tak tahu malunya dia mengakui ide atau gagasan itu timbulnya dari dia di depan manajemen dengan harapan bisa mendongkrak posisinya sekarang. Pastinya kita sebagai anak buah akan menjadi kesal sekali dengan kelakukan atasan tersebut. Jika ada kesalahan, kita yang disalahkan. Jika ada ide, diakui olehnya sehingga karir kita mandek karena jalannya sudah dibajak oleh dia.
Ayolah boss, jabatan itu amanah. Kalau tidak tahu apa itu amanah, mari kita bahas bersama. Amanah adalah suatu hal yang dipercayakan kepada kita untuk mengembannya. Dan suatu saat kepercayaan itu akan diminta pertanggungjawabannya. Faham?
Jika sudah faham, maka yang namanya jabatan itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Apakah pertangungjawaban itu hanya diminta oleh manajemen perusahaan saja? Ternyata tidak, karena kalau hanya dimintai oleh perusahaan saja bagaimana dengan kelakuan terhadap bawahan yang anda tutupi dari mata manajemen. Ada lagi yang akan meminta pertangungjawaban tersebut, siapa dia? Dia adalah Allah, Tuhan anda.
Maka jangan heran, jika hidup anda tidak tenang, keluarga yang tidak harmonis, sering terkena musibah yang tidak ada henti-hentinya. Mungkin itu akibat dari amanah yang tidak anda jalankan secara baik dan benar sehingga menimbulkan do'a-do'a yang tidak baik dari bawahan sehingga Tuhan mengabulkan permohonan do'a orang-orang yang teraniaya.
Oleh karena itu, mari kita bekerja sama. Anda bekerja sesuai dengan porsi anda, saya bekerja sesuai dengan porsi saya. Anda mendapat gaji yang lebih besar karena tugas dan tanggungjawab anda lebih besar dari saya. Kita tidak akan protes mengenai hal itu, karena memang begitu seharusnya.