Tapi dugaanya salah. Ibu Marla tidak menegurnya atau pun marah padanya, sikapnya tetap baik seperti biasa.
Sepulang sekolah Herry langsung menemui ibu Marla. “Bu, maafkan aku…”
“Kenapa, Nak?”
“Gara-gara aku ingin roti coklat ibu jadi mengeluarkan uang banyak,” sahut Herry lirih.
“Nak, memang karena kau ingin roti coklat lah Ibu menemui Kong Agil untuk bisa membeli roti dengan harga lebih murah.”
“Kong Agil yang kerja di Pabrik Roti ternama itu?”
“Ternyata justru Ibu mendapat “Roti Besok” secara gratis.”
“Roti besok?” tanya Herry bingung.
“Pabrik selalu menarik roti yang sudah akan kadaluarsa. Tapi roti-roti tersebut masih layak dikonsumsi, jadi Ibu boleh membawanya asalkan meninggalkan bungkusnya untuk cacatan administrasi.”
“Oh….”