Bangun jembatan terlebih dulu,
baru menyebrangkan orang
Menurut dongeng kuno, pada mulanya manusia diberi kualitas dewa-dewa. Namun manusia sangat malas dan lebih banyak yang mengabaikan kemampuannya itu. Maka dewa-dewa sepakat untuk menyembunyikan keistimewaan yang mereka hadiahkan, sehingga manusia tidak lagi secara langsung memiliki, melainkan ada usaha untuk mendapatkannya.
Sebagian mengusulkan untuk menguburkannya dalam-dalam di tanah. Namun yang lain menyatakan itu terlalu mudah. Manusia bisa menggali, bahkan menambang. Usul lain mengatakan untuk membenamkannya di laut atau menyimpannya di puncak gunung. Itu pun tidak menyulitkan. Manusia bisa menyelam, dan pun sudah terbukti banyak orang yang sampai di puncak-puncak gunung.
Akhirnya dewa paling bijak memberi gagasan, “Aku tahu tempat yang tidak pernah didatangi manusia. Yakni diri mereka sendiri. Kita tanam saja kekuatan kita dalam pikiran bawah sadar mereka!”
Sekali lagi, itu dongeng. Namun dunia kesehatan psikis modern menemukan fakta, bahwa ternyata keadaan sadar memiliki khasanah sangat terbatas dibanding keadaan bawah sadar. Keadaan sadar memunculkan hanya sampai 12% kemampuan dan kekuatan manusia. Selebihnya ada pada bawah sadar kita.
Nah, sekarang bagaimana cara manusia sampai pada bawah sadarnya? Sederhana, hanya dengan perhatian penuh. Lalu apa alatnya? Salah satunya yang popular adalah hipnosis, sebuah teknik mencapai kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas berada di puncaknya. Maka setiap orang yang mengejar kualitas dewa, kualitas keberdayaan kehidupannya, haruslah menjadi seorang hipnotis, orang yang memiliki keterampilan melakukan hipnosis. Sekurang-kurangnya untuk kepentingan menghipnosis diri sendiri.
Dan menggembirakannya lagi, semua orang dapat melakukan hipnosis. Hipnosis bukanlah teknik supranatural, bukan sihir, magic, kuasa kegelapan, atau ilmu sesat. Semua orang yang ingin meningkatkan perhatian penuh pada dirinya bisa melakukan hipnosis, bahkan dengan cara yang sangat sederhana. Kalau tidak percaya, mari kita praktek:
Mulai dengan menarik nafas dalam-dalam, kemudian hembuskan perlahan. Jadikan tarikannya sebagai jalan ketenangan, dan hembusannya sebagai jalan bahagia. Camkan prinsip ini:
Apalah gunanya bernafas, jika kita tidak merasa tenang, jika kita tidak merasa lebih bahagia? Hindari bersikap tegang. Jangan memaksa konsentrasi. Kalau mata ingin berkedip, berkediplah. Jangan menahan nafas terlalu lama, apalagi sampai pingsan. Bila Anda telah dalam keadaan rileks, ucapkan dengan seluruh kesyahduan kalimat-kalimat berikut, dan resapkan:
Put yourself alive!
“Semua orang pasti mati, namun tidak semua orang pernah hidup.”