Mohon tunggu...
Peri Farouk
Peri Farouk Mohon Tunggu... -

PERI FAROUK. Penyuka Neuro Linguistic Programming dan Peoplenology, yang dipadukan dengan khasanah Sufisme dan Zen. Profilnya sebagai web-social activist serta perspektif dan berbagai pengamatannya telah dipublikasi berbagai media, antara lain: KickAndy MetroTV, Inspirasi Pagi MetroTV, Metro Realitas, Dialog Khusus TVRI, Debat TVOne, Inspirasi Selebriti TVN, RRI, Trijaya FM, HardRock FM, Sonora , Tabloid Nova, dan lain-lain. Pernah bekerja sebagai konsultan di Worldbank, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero), tenaga ahli di Magister Hukum Universitas Gadjah Mada dan Komisi Penyiaran Indonesia. Pernah mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada. Juga aktif sebagai advisor di PT Grahamandiri Management Terpadu (GMT Groups), serta researcher dan reviewer di beberapa organisasi nasional maupun internasional. Berbagai tulisannya telah dipublikasi di media massa, jurnal, buku, dan ebook dengan skala nasional maupun internasional. Memiliki program sms dan klip-audio inspirasional, serta talkshow radio di Produa 96 FM RRI Bandung, dan Motivational Speaker di Kilas Indonesia Pagi MNC News TV Channel 84 Indovison, VisionTV & OkeTV. Kontak undangan konsultasi, ceramah dan pelatihan: email@perifarouk.com 0819.08.343.927 021.3666.8061

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nasib

18 Juli 2011   05:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang jenderal menghadapi dilema. Pasukannya berada pada titik akhir semangat. Akhirnya ia mengemukakan gagasan:

“Okelah, mungkin inilah batas keyakinan kita sebagai manusia. Kita merasa akan kalah besok, dan lebih baik mundur dari peperangan. Tapi coba kita serahkan keputusan ini pada tangan Tuhan. Dalam waktu secepat ini, tidak ada salahnya kita mencoba mengundi nasib,”Sang jenderal merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sekeping koin.

“Kita pilih maju terus bila kepala. Dan kita akan mundur kalau ekor. Siap!”

“Siap!” sahut semua pasukan.

Si jenderal melemparkan koinnya ke udara, menangkapnya lalu meletakkannya di lengan. Yang tampak kemudian adalah kepala.

Besoknya, merasa Tuhan merestui, pasukan itu berperang dengan beraninya. Dan akhirnya mereka menang.

Di sela-sela istirahat, jauh dari hiruk pikuk pasukan, sang asisten berkata pada sang jenderal:

“Tuhan memberkati kita! Dan ternyata berkahNYA bisa kita ketahui dengan cara gampang. Melempar koin!”

“Hanya saja kita harus membuat sendiri koinnya yang istimewa!” dengan tersenyum sang jenderal menjawab sambil memperlihatkan koin yang dua sisinya sama: ‘kepala’.[PUF, 040908]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun