Telah tergores dalam tubuhku
Pesan yang lebih rahasia dari tajam panah asmara
Aku dihempas ombak sebelum ucap selamat tinggal
Terapung-apung bersama buih keperakan
Kepergianku lebih cepat dari Bulan tenggelam
Menggigil di tengah laut hitam perkasa
Melayar dalam diam, merindui pasir yang aman membungkus
Seperti kaus pada kaki bayi-bayi
Terlepas bebas sumbatku
Dan ayat-ayat itu mengalirlah
Mengisi indah liang telinganya
Bergetar dadanya, di setiap lafaz terucap
Sebelum kemudian lenyap
Saat Fajar meninggi, kubuai dia dengan cerita dongeng
Kubelai jiwanya penuh kearifan
Geliat tubuhnya penuh kemurnian
Wajahnya damai tenang
Bibir pantai yang habis dijilat
Meninggalkan kerang sewarna tulang
Kala gelombang menerjang
Kami masih berpelukan
Kusunting doa dan kutiupkan
Pada bibirnya yang rekah
Demi Bulan dan Bintang di langitmu
Biarkan aku berlayar sendiri
Membaringkan sisa-sisa kekuatanku
Tersebutlah aku si pembawa pesan
Dan kesucian cinta itu melebihi segala
Mungkin garis takdirku putus sampai disini
Namun ceritaku akan terkenang seribu masa
Tak akan binasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H