Mohon tunggu...
Pera Yunika
Pera Yunika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah sukses Hobi saya main bulutangkis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

10 Januari 2024   11:45 Diperbarui: 10 Januari 2024   11:57 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keadaan perekonomian di setiap negara berbeda-beda, ada negara dengan perekonomian yang bagus dan ada pula negara yang memilki perekonomian yang kurang bagus bahakan bisa dikatakan buruk. Keadaan perekonomian suatu negara biasa diukur dari nilai atau besarnya Produk Domestik Bruto negara tersebut. Produk Domestik Bruto merupakan jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu. Perekonomian dalam suatu negara akan dipengaruhi oleh berbagai unsur yang ada baik dalam negeri (domestik) maupun luar negeri. Indonesia sendiri sampa saat ini masih masuk ke dalam kategori negara sedang berkembang dengan berbagai ciri-cirinya seperti jumlah penduduk sebagian besar ditinggal di daerah pedesaan. Sektor pertanian masih sebagai sumber utama pendapatan, tingkat industrialisasi masih tergolong rendah, pengangguran terselebung relative besar dan sebagainya (Tambunan, 2014).

Dalam era globalisasi sekarang ini dimana kegiatan perekonomian suatu negara juga dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian negara lain sehingga pemerintah dalam menetapkan kebijakan baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Moneter merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perekonomian, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa dianalisis tanpa melibatkan persoalan moneter (Cioran, 2014). Terdapat beberapa indicator ekonomi domestic yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, antara lain suku bunga, nilai tukar (kurs), inflasi, ekspor dan konsumsi Bahan Bakar Minyak atau BBM (Bank Indonesia, 2007)

Nilai tukar mata uang suatu negara biasa mampu mengindikasikan keadaan perekonomian suatu negara, karena nilai mata uang yang relative stabil akan menggambarkan bahwa keadaan perekonomian suatu negara tersebut secara makro masih stabil. Lain halnya dengan negara yang memiliki nilai mata uang yang tidak stabil, dengan kata lain kursnya dalam waktu yang relative masih dekat terjadi fluktuasi yang cukup besar, ini akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya ke negara tersebut.

Inflasi merupakan salah satu variable makroekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Inflasi yang berada pada tingkat wajar berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan inflasi yang berada di atas batas akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydin, Esen, & Bayrak, 2016). Selain itu,menurut Tambunan (2014) laju inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh variable makroekonomi seperti inflasi dan kurs tidak langsung berpengaruh saat itu juga, namun juga terkadang butuh beberapa waktu, misalnya jika inflasi meningkat secara mendadak pada bulan ini, kemungkinan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan kelihatan beberapa waktu kemudian. Dengan analysis regresi tertentu, pengaruh tersebut dapat terdeteksi, misalnya inflasi tahun atau bulan atau kuartalan ke berapa yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah hasil bersih dari semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh semua prosedur dalam suatu negara dari berbagai sektor ekonomi (Suparmoko, 1998). Sedangkan menurut Apridar (2009), produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik). Selain itu Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diartikan sebagai jumlah nilai dollar konsumsi, investasi bruto, pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa dan ekspor yang yang dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu (Samuelson & Nordhaus, 2004).

Hubungan Kurs dan Pertumbuhan Ekonomi

Nilai tukar yang stabil cenderung menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil karena nilai tukar yang stabil menunjukkan stabilitas moneter yang baik dan berbagai transaksi moneter dan perbankan berjalan lancar. Meski demikian, apresiasi kurs dan depresiasi kurs berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika kurs terdepresiasi (melemah) maka dampaknya produksi barang dan jasa berorientasi ekspor akan meningkat karena harga (barang dan Jasa) di luar negeri akan lebih tinggi daripada harga di dalam negeri maka akan lebih menguntungkan jika barang dan jasa yang ada di ekspor. Semakin besar ekspor maka cadangan devisa akan meningkat serta produktifitas barang dan jasa yang berorientasi ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.

Tidak hanya itu, menguatnya nilai tukar (Apresiasi) masih memilki dampak yang baik bagi perekonomian, karena ketika rupiah menguat maka harga barang d luar negeri akan lebih mahal, sehingga produksi barang dan jasa yang berbasiskan bahan impor akan mampu meningkatkan produktifitasnya. Hal ini di karena input yang lebih murah, produktifitas meningkat serta cost yang lebih rendah, sehingga pendapatan secara umum meningkat, daya beli meningkat, roda perekonomian berputar dengan baik dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat inflasi yang terjadi dalam kisan satu atau dua digit mengindikasikan bahwa roda perekonomian serta kegiatan moneter di suatu negara sedang dalam keadaan stabil. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun karena nilai uang sudah buruk. Artinya jika dalam keadaan inflasi normal seseorang mampu membeli 1 karung beras dengan harga Rp.100.000, ketika inflasi meningkat mencapai 30 persen, maka daya beli uang tersebut akan mengalami penurunan, karena ia hanya akan mampu membeli karung beras. Kejadian serupa juga akan dialami oleh para pengusaha, harga bahan baku akan melonjak, cost meningkat, sehingga mau tidak mau produsen akan mengurangi produksinya yang pada akhirnya secara makro akan berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan melakukan berbagai instrument seperti menjaga nilai tukar rupiah, menjaga jumlah uang beredar dan menjaga angka inflasi. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran- sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. (Bank Indonesia, 2017)

Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap salah satu mata uang negara lainnya (Salvatore, 2008) .Selain itu nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2006). Jadi kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang lainnya.

System nilai tukar tetap (Fixed Exchanget Rate Sytem), adalah sistem nilai tukar dimana depresiasi dan apresiasi ditentukan oleh pemerintah atau Bank Sentral, artinya jika nilai mata uang Rp 10.000 / USD, maka pemerintah akan menetapkan nilai kurs sebesar Rp. 9.500 / USD. Pemangakasan nilai tukar tersebut berimplikasi pada penggunaan cadangan devisa untuk membayar di pasar valas, sehingga negara yang menerapkan system ini harus memiliki cadangan devisa yang besar.

System nilai tukar mengambang (Floating Exchanget Rate Sytem) adalah system nilai tukar dimana depresiasi dan apresiasi nilai tukar mata uang sepenuhnya diserahkan ke pasar. Namun dalam prakteknya di Indonesia tidak menganut system ini secara murni, tetapi menetapkan batas atas maupun batas bawah nilai tukar. Artinya jika kurs Rupiah terlalu lemah mau pun terlalu kuat, maka Bank Indonesia akan melakukan intervensi di pasar valas untuk menjaga kestabilan nilai tukar tersebut.

Inflasi

Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya (Bank Indonesia, 2017). Menurut Boediono (2011) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga barang untuk meningkat secara umum dan terus

menerus. Kenaikan harga barang yang terjadi secara musiman, menjelang hari-hari besar tertentu atau yang terjadi hanya sekali saja dan kembali normal, itu bukan merupakan inflasi. Inflasi adalah terjadinya kenaikan harga-harga barang secara umum dan terus menerus (Samuelson & Nordhaus, 2004). Selain itu inflasi juga dapat disimpulkan sebagai meningkatnya harga-harga (Mahmud, 2010).

Menurut Rahardja dan Manurung (2008) inflasi adalah kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus menerus. Selain itu, inflasi adalah naiknya harga-harga komoditas secara umum yang disebabkan oleh tidak sinkronya anata program system pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan lain sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarkat (Putong, 2009).

Terdapat beberapa jenis inflasi seperti inflasi merayap, inflasi terbang, dan hiper inflasi. Dari ketiga jenis inflasi tersebut yang harus dicegah adalah hiper inflasi, hiper inflasi adalah inflasi membumbung yaitu inflasi yang terjadi pada tingkatan yang tidak terkontrol lagi. Indonesia sendiri pernah mengalami tahapan inflasi ini pada periode 1961-1966, dimana pada saat itu inflasi mecapai 288 persen pertahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun