Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merengkuh Asa

25 April 2014   23:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Merengkuh Asa

Asa bimbang. Asa dilema. Entah apa yang harus ia lakukan untuk membahagiakan Bunda di kampung halaman. Sebab, mau tidak mau ia harus mebawa calon istri nanti ke hadapan Bunda yang sedang menunggu di sana.

Asa masih tetap bimbang. Asa masih tetap dilema.

Sebab di sini, kota Jakarta tempat ia mereguk rezeki sudah memiliki kekasih. Sawitri, namanya. Sudah jalan setahun ia berhubungan kekasih. Itupun karena dikenalkan oleh rekan kerjanya sesama satu divisi periklanan di kantor advertising ternama di ibukota.

Bunda tidak ingin kamu mengecewakan orang-orang di kampung halaman. Kamu pikir masak-masak dulu sebelum kamu kembali ke kampung. Apalagi Zubaidah sudah menantimu di sini...

Itu pesan singkat yang Asa baca seminggu yang lalu. Bunda sudah mengultimatum dirinya.


"Mas, minggu depan kamu disuruh menghadap Ayahku. Ia ingin kenal kamu. Sebab, ia ingin tahun calon suami anaknya," tiba-tiba Sawitri mengangetkan dirinya saat ia sedang melamunkan pesan singkat Bunda saat itu.

Hari itu Asa dan Sawitri sedang menikmati masa liburan cuti kerjanya. Mereka berdua saat itu sedang makan siang di sebuah cottage. Sungguh jika ada dua orang saling berdekat ketiganya ada setannya yang menggodanya. Tetapi Asa adalah lelaki yang kuat iman dan sudah akhlaknya dari masih kecil oleh Bunda.


"I-iya. Jika aku tidak ada kerjaan yang tiba-tiba memanggilku nanti," jawab Asa terbata-bata.

"Ya, sudah nanti aku beritahukan ayah di sana."

Ah, Asa melepas lega nafasnya. Segala kekalutan sejenak terlepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun