Ibu coba menenangkan, walau awalnya menyalahkan saya juga. "Coba ingat-ingat lagi," katanya.
Saya harus ingat-ingat lagi, padahal saya lupa. Bagaimana mungkin saya disuruh mengingat-ingat lagi.
Kemudian saya menyusuri gedung jurusan. Di tempat barang hilang, tergantung tiga kunci. Semuanya kunci saya. Seperti mengejek, tiga kunci yang tergantung di paku itu seperti bukti kalau saya teledor, pelupa, abai, dan ingkar. Saya cepat-cepat mengambil kunci tersebut sambil mengucap syukur. Alhamdulillah, tidak jadi mendobrak pintu kosan.
Karena saya punya tiga kunci, mungkin saya jadi lebih tidak hati-hati. Saya punya tiga kali kesempatan. Nanti menyesalnya saat saya kehilangan lagi.
Namun, ini bukan hanya tentang kunci.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H