Mohon tunggu...
Pera Priantini
Pera Priantini Mohon Tunggu... Penulis - penulis/edukator

a mind wonderer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kunci Kosan

28 Mei 2024   08:37 Diperbarui: 30 Mei 2024   07:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dulu, saat masih kuliah, saya sering sekali kehilangan kunci kosan. Pada kehilangan pertama, ibu kos masih maklum dan memberikan kunci duplikat sambil menyarankan, "Kalau bisa, kuncinya dikasih gantungan yang besar biar nggak hilang lagi."

Saya pikir itu ide bagus. Dengan gantungan besar, seharusnya lebih mudah menemukan kunci. Namun, meski sudah diberi gantungan, saya tetap kehilangan kunci untuk kedua kalinya. Saat itu, saya takut sekali karena ibu kos terkenal galak. Kehilangan pertama saja beliau sudah mulai ketus.

Namun, mau bagaimana lagi? Saya butuh masuk ke kamar, jadi terpaksa meminta kunci lagi ke ibu kos. Kali ini ibu kos benar-benar marah. "Memangnya, kuncinya kamu makan atau bagaimana sih, kok hilang terus?" Saya hanya bisa mengangguk setuju.

"Ini ibu kasih kunci lagi, tapi ini yang terakhir, ibu nggak punya duplikatnya lagi," katanya. Waduh, pikir saya, kali ini kuncinya tidak boleh hilang lagi. Saya cepat-cepat membeli gantungan beruang besar agar kuncinya tidak mudah hilang.

Namun, karena lucu, gantungan itu sering saya pegang-pegang, bukannya dimasukkan ke dalam tas. Meremehkan sekali memang. Namun, tidak bisa dipungkiri, gantungannya memang lucu.

Sesuai ekspektasi, kunci itu hilang lagi. Kali ini saya benar-benar bingung. Rasanya seperti kehilangan barang berharga atau orang yang saya sayangi. Memang manusia itu seperti itu, ya. Kita tidak pernah merasa benar-benar memiliki sesuatu sampai kita kehilangan hal tersebut.

Saya tidak pernah merasa kunci kosan itu penting karena ibu kos selalu punya duplikat. Saya selalu punya pilihan untuk membuka pintu kosan tanpa susah payah. Bahkan ketika ibu kos bilang ini kesempatan terakhir, saya masih abai, berpikir ibu kos pasti punya kunci lain. Ternyata tidak.

Hari sudah sore, kunci kos tidak juga ditemukan. Saya bengong di selasar kampus. Bagaimana ini? Merusak pintu kosan bukanlah pilihan, itu vandalisme. Masa sudah kuliah pinter-pinter begini malah vandalisme. Malu, bro.

Saya menyalahkan diri sendiri. Kok bisa seceroboh itu. Padahal kalau kunci tersebut saya masukkan ke tas, pasti saya tidak segundah ini. Tapi mana saya tahu kunci bisa hilang secepat itu? 

Saya selalu dapat kunci baru, kenapa sekarang rasanya benar-benar kehilangan? Karena ibu kos bilang, ibu tidak punya lagi kuncinya. Saya harus pulang kemana? Banyak laporan praktikum yang harus dikerjakan. Benar-benar sial.

Saya telepon ibu. "Bu, gimana ya, kunci Pera hilang, sudah dua kali, Pera takut ibu kos ngamuk nanti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun