Persis satu jam kemudian saya suda berada di sebuah restoran oriental terkenal di hotel itu. Di sana sudah ada Yansen bersama Dodi Mawardi, Masri Sareb Putra dan seorang pria lagi yang belakangan saya tahu namanya Sapto Raharjo. Dua nama yang saya sebut pertama adalah para penulis top, sementara Sapto masih kerja di salah satu penerbit major beken.
Secara tidak langsung, saya terjerumus ke komunitas penulis di restoran itu!
Hasil dari pertemuan pertama setelah terpisah enam tahun itu adalah kesepakatan menjadi editor dan pengarah untuk sejumlah buku yang ditulis Yansen, salah satunya adalah buku Kaltara Rumah Kita, yang akan dibedah Sabtu, 8 Agustus 2020 petang ini di Malinau, Kalimantan Utara.
Pun saya bersama Dodi, Masri, dan Sapto beberapa hari lalu diundang terbang ke Malinau untuk menghadiri peluncuran buku hasil pemikiran "kebhinekaan" Yansen mengenai Kaltara, sebuah provinsi baru yang berada di pundak Pulau Kalimantan.
Dalam pandangan Yansen, Kaltara adalah miniatur Indonesia yang indah bak pelangi di mana segala etnis dan pemeluk agama berbeda bisa hidup saling berdampingan dalam "rumah besar" bernama Kaltara.
Kembali kepada tema silaturahmi dan pertemanan yang saya singgung di awal tulisan, ternyata memelihara dan mempertahankan pertemanan ini lebih dipermudah lagi lewat kegiatan literasi. Menghasilkan karya tulis adalah salah satu kekuatan baru pertemanan dan ketersambungan lahir maupun batin. Pertemanan pun menjadi langgeng selagi silaturahmi terpelihara dan kegiatan literasi tetap terjaga.
Salamat atas peluncuran buku Kaltara Rumah Kita, Pak Yansen!
***
Malinau, 8 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H