Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Menautkan Kembali Pertemanan Kami

9 Agustus 2020   07:14 Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:35 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama Masri, Sapto dan Dodi (Foto: Dok. pribadi)

Persis satu jam kemudian saya suda berada di sebuah restoran oriental terkenal di hotel itu. Di sana sudah ada Yansen bersama Dodi Mawardi, Masri Sareb Putra dan seorang pria lagi yang belakangan saya tahu namanya Sapto Raharjo. Dua nama yang saya sebut pertama adalah para penulis top, sementara Sapto masih kerja di salah satu penerbit major beken.

Secara tidak langsung, saya terjerumus ke komunitas penulis di restoran itu!

Hasil dari pertemuan pertama setelah terpisah enam tahun itu adalah kesepakatan menjadi editor dan pengarah untuk sejumlah buku yang ditulis Yansen, salah satunya adalah buku Kaltara Rumah Kita, yang akan dibedah Sabtu, 8 Agustus 2020 petang ini di Malinau, Kalimantan Utara.
Pun saya bersama Dodi, Masri, dan Sapto beberapa hari lalu diundang terbang ke Malinau untuk menghadiri peluncuran buku hasil pemikiran "kebhinekaan" Yansen mengenai Kaltara, sebuah provinsi baru yang berada di pundak Pulau Kalimantan.

Dalam pandangan Yansen, Kaltara adalah miniatur Indonesia yang indah bak pelangi di mana segala etnis dan pemeluk agama berbeda bisa hidup saling berdampingan dalam "rumah besar" bernama Kaltara.

Kembali kepada tema silaturahmi dan pertemanan yang saya singgung di awal tulisan, ternyata memelihara dan mempertahankan pertemanan ini lebih dipermudah lagi lewat kegiatan literasi. Menghasilkan karya tulis adalah salah satu kekuatan baru pertemanan dan ketersambungan lahir maupun batin. Pertemanan pun menjadi langgeng selagi silaturahmi terpelihara dan kegiatan literasi tetap terjaga.

Salamat atas peluncuran buku Kaltara Rumah Kita, Pak Yansen!

***

Malinau, 8 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun