Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi: Dramatis dan Turning Point

16 Juli 2020   09:38 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:33 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay.com/siobhandoleza)

Minimnya buku mengenai bagaimana cara menulis sosok atau menulis biografi, justru menantang saya menulis buku yang kemudian saya kasih judul "Menulis Sosok: Secara Inspiratif, Menarik, Unik", diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (PBK), beberapa tahun lalu.

Sampai sekarang buku itu masih dicari banyak orang yang ingin tahu rahasia menulis biografi, sementara PBK sudah tidak menerbitkannya lagi.

Apa yang saya lakukan saat menulis buku itu tanpa buku referensi yang memadai di tangan? Tidak harus mati gaya, saya menulisnya berdasarkan pengalaman saya sendiri saja, saat saya menulis puluhan biografi untuk Harian Kompas. Bukankah pengalaman itu yang paling berharga daripada segudang teori?

Dari pengalaman saya menulis biografi itulah, saya ingin berbagi dua hal penting saja, dari mana memulai menulis sosok yang menampar kesadaran pertama saat mereka aliena pertama.

Konon kata sejumlah penulis yang saya kenal, membuka tulisan biografi itu harus memberi tahu atau memberi pemahaman kepada pembaca untuk apa biografi ditulis, misalnya untuk memberi inspirasi atau dijadikan teladan bagi sapa saja. Tetapi, saya punya rumusan yang berbeda. Pada hampir semua biografi yang saya tulis, saya selalu (sebisa mungkin) menampilkan dua hal penting.

Dua hal penting yang saya temukan dalam perjalanan saya menulis sosok itu adalah DRAMATIS dan TURNING POINT.

Boleh jadi kamu bertanya, "Apakah hanya unsur dua itukah?" Saya jawab, "Ya untuk sementara, itu saja dulu, sebab dua unsur itu merupakan saripati penulisan biografi dan dua unsur itu pasti dialami semua orang, bukan?"

Ingin saya kemukakan di sini, dari sisi pembaca sesungguhnya mereka ingin mengetahui dua unsur penting itu saat membaca biografi, yaitu unsur dramatis dan turning point.

- Begini, Kang... apakah saat menulis biografi saya harus selalu memperhatikan dua unsur itu?

+ Yaaaa, sebab itu unsur yang pertama-tama sekaligus paling utama.

- Kalau menulis tanpa dua unsur itu, maksudku tanpa unsur dramatis dan turning point?

+ Seperti pernikahan tanpa rasa cinta, hambar...

- Jadi kepengen cepet-cepet tahu apa itu dramatis dan turning point.

+ Baiklah saya jelaskan, Dek...

Dramatis dan turning point (titik balik) itu sesungguhnya dua sisi berbeda dalam satu mata uang yang sama, terlebih lagi di sini saling berhubungan. Gampanganya begini, setelah mengalami peristiwa dramatis dalam kehidupannya, biasanya di situlah titik balik kehidupannya.

Kamu mau bukti? Coba simak contoh berikut ini:

1. Dramatis: seorang pebinis yang menghalalkan segala cara mengalami kebangkrutan akut sampai-sampai yang tersisa cuma pakaian yang ia kenakan. 

Turning point: memulai berbisnis dari nol dengan semangat kerjasama, tidak lagi menghalalkan segala cara dan setelah sukses menjadi filantropis terkemuka.

2. Dramatis: seorang artis ternama nyaris mati bunuh diri menenggak cairan beracun akibat depresi, tetapi ia diselamatkan oleh pembantunya yang sudah setahun tidak pernah digajinya.

Turning point: Memulai hidup baru dengan meninggalkan gemerlapnya dunia hiburan, lalu memulai bisnis online dengan mengandalkan sisa-sisa ketenaran namanya, ia mengangkat pembantu yang tak pernah digajinya itu sebagai direktur.

3. Dramatis: seorang guru nyaris mati tenggelam terbawa hanyut derasnya air sungai akibat tidak menguasai keterampilan ilmu berenang, ia diselamatkan sebatang pohon yang melintang sampai ke tengah sungai. 

Turning point: Guru itu berlatih berenang sampai kemudian mendirikan sekolah renang gratis bagi siapapun yang ingin bisa berenang.

4. Dramatis: seseorang diputuskan kekasihnya yang ia sayangi di saat cintanya full sampai menyentuh langit-langit, lalu depresi sampai bersumpah tidak akan menjalin cinta dengan siapapun. 

Turning point: Ia mendirikan LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan, mencegah orang-orang patah hati atau putus cinta melakukan hal yang tidak-tidak.

+ Apakah saya harus menulis sampai 20, 35, atau 100 contoh lagi dari unsur dramatis dan turning point ini, Dek?

- Aku sih seneng-seneng aja, Kang...

+ Please deh... kamu sekarang bisa mencari contoh-contoh itu dengan mudah. Selalu ingat rumus ini: "satu sisi dramatis, sisi lain turning point", paham?

- Paham sih, Kang, tetapi tetep saja saya kepengen dikasih contoh bagaimana pertama-tama menuliskannya, maksudku... membuka tulisan biografi yang sederhana tetapi berkesan di ingatan pembaca.

+ Ya memang, ini baru basic sih, banyak hal yang belum saya ungkapkan di sini.

- Aku akan bersabar hati menantimu, Kang?

+ Ah, tapi aku sudah mulai bosan denganmu, Dek! (Bersambung)

PEPIH NUGRAHA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun